Wednesday 31 May 2017

Pengertian Menyimak Kreatif Belajar Forex


Tugas Mata Kuliah Keterampilan Berbahasa dan Sastra Indonesien Semester 4 PGSD. A. PENGERTIAN MENYIMAK Menyimak adalah mendengar secara khusus dan terpusat pada objek yang disimak (panduan bahasa dan sastra Indonesien, Natasasmita Hanapi, Drs. 1995: 18) Menyimak dapat didefinisikan suatu aktivitas yang mencakup kegiatan mendengar dan bunyi bahasa, mengidentifikasi, menilik, dan mereaksi Atas makna yang terkandung dalam bahan simakan (Djago Tarigan 1991: 4). 8220Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang lisan-lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi, serta memahami makna komunikasi yang tidak disampaikan oleh si pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan8221. (Tarigan: 1983) Proses menyimak memerlukan perhatian serius dari siswa. Ia berbeda dengan mendengar atau mendengarkan. Menurut pendapat Tarigan (1994: 27), 8220Pada kegiatan mendengar mungkin si pendengar tidak memahami apa yang didengar. Pada kegiatan mendengarkan sudah ada unsur kesengajaan, tetapi belum diikuti unsur pemahaman karena itu belum menjadi tujuan.8221 Kegiatan menyimak mencakup mendengar, mendengarkan, dan disertai usaha untuk memahami bahan simakan. Oleh karena itu dalam kegiatan menyimak ada unsur kesengajaan, perhatian dan pemahaman, yang merupakan unsur utama dalam setiap peristiwa menyimak. Penilaiannya pun selalu terdapat dalam peristiwa menyimak, bahkan melebihi unsur perhatianer Menyimak adalah suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasi, menginterpretasikan, dan mereaksi atas makna yang terkandung di dalamnya8221. (Sabarti 8211 alle: 1992). B. TUJUAN MENYIMAK Tujuan utama menyimak adalah untuk menangkap dan memahami pesan, ide serta gagasan yang terdapat pada materi atau bahasa simakan. Dengan demikian tujuan menyimak dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Menyimak memperoleh fakta atau mendapatkan fakta 2. Untuk menganalisis fakta 3. Untuk mengevaluasi fakta 4. Untuk mendapatkan inspirasi 5. Untuk mendapatkan hiburan atau menghibur diri C. JENIS-JENIS MENYIMAK Pengklarifikasian menyimak berdasarkan: 1. Sumber suara Berdasarkan sumber suara yang disimak, penyimak dibagi menjadi dua bagian yaitu: a. Intrapersonales Hören atau menyimak intrapribadi b. Interpersonal hören atau penyimak antar pribadi 2. Cara penyimak bahan yang disimak Berdasarkan pada cara penyimakan bahan yang disimak, dapat diklarifikasikan sebagai berikut: a. Menyimak ekstensif (umfangreiches Hören) Menyimak ekstensif ialah kegiatan menyimak tidak memerlukan perhatian, ketentuan dan ketelitian sehingga penyimak hanya memahami seluruh secara garis besarnya saja. Menyimak ekstensif meliputi 1) Menyimak sosial Menyimak sosial dilakukan oleh masyarakat dalam kehidupan sosial, seperti di pasar, terminal, stasiun, kantor pos, dan sebagainya. Kegiatan menyimak ini lebih menekankan pada faktor status sosial, unsur sopan santun Dan tingkatan dalam masyarakat. Misalnya: Seorang anak jawa menyimak nasihat neneknya dengan sikap dan bahasa yang santun Dalam hal ini, nenek memiliki peran yang lebih utama, sedang anak merupakan peran sasaran. 2) Menyimak sekunder Menyimak sekunder terjadi secara kebetulan. Misalnya, jika seorang pembelajar sedang membaca di kamar, ia juga dapat mendengarkan percakapan orng lain, suara siaran radio, suara televisi, dan sebagainya. Suara tersebut sempat terdengar oleh pembelajar tersebut, namun ia tidak terganggu oleh suara tersebut. 3) Menyimak Estetik Menyimak estetika sering disebut menyimak apresiatif. Menyimak estetika ialah kegiatan menyimak untuk menikmati dan menghayati sesuatu. Misalnya, Menyimak Pembacaan Puisi, Rekaman Drama, Cerita, Syair Lagu, Dan Sebagainya. Kegiatan menyimak itu lebih menekankan aspek emosional penyimak seperti dalam menghayati dan memahami sebuah pembacaan puisi. Dalam hal ini, emosi penyimak akan tergugah, sehingga timbul rasa senang terhadap puisi tersebut. Demikian pula pembacaan cerita pendek Hal ini pernah dilakukan oleh seorang pengarang terkenal Gunawan Mohammed yang sering membacakan cerpen-cerpennya melalui Radio. Banyak remaja mendengarkan pembacaan tersebut. Para Remaja Tampaknya Dapat Menikmati dan Menghayati Cerpen Yang Dibacakan Tersebut. 4) Menyimak Pasif Menyimak pasif ialah menyimak suatu bahasan yang dilakukan tanpa upaya sadar. Misalnya, dalam kehidupan sehari-hari, seseorang mendengarkan bahasa daerah, setelah itu dalam masa dua atau tiga tahun ia sudah mahir memahami pesan dalam bahasa daerah tersebut. Kemudian, dia mahir pula menggunakan bahasa daerah tersebut. Kemahiran menggunakan bahasa daerah tersebut dilakukan sebagai hasil menyimak pasif. Namun, pada akhirnya, orang itu dapat menggunakan bahasa daerah dengan baik. Kegiatan menyimak pasif banyak dilakukan oleh masyarakat awam dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pendidikan di sekolah tidak dikenal istilah menyimak pasif. Pada umumnya, menyimak pasif terjadi karena kebetulan dan ketidaksengajaan. B. Menyimak Intensiv Menyimak intensif adalah kegiatan menyimak dengan penuh perhatian, ketentuan dan ketelitian sehingga penyimak memahami secara mendalam. Ciri-ciri menyimak intensif adalah: 1) Menyimak intensif ialah menyimak pemahaman Pemahaman ialah proses memahami suatu objek Pemahaman Dalam Menyimak Merupakan Proses Memahami Suatu Bahan Simakan. Pada dasarnya orang melakukan kegiatan menyimak intensif dengan tujuan untuk memahami makna bahan yang disimak dengan baik. Pemahaman merupakan prioritas pertama Hal itu berbeda dengan menyimak ekstensif yang lebih menekankan hiburan, kontak sosial. Ketidaksengajaan, dan lain sebagainya. Jadi, rioritas menyimak, intensif ialah memahami makna pembicaraan 2) Menyimak intensif memerluhan konsentrasi tinggi Konsentrasi ialah memusatkan sermua gejala jiwa seperti pikiran, perasaan, ingatan, perhatian, dan sebagainya kepada salah satu objek. Dalam menyimak intensif diperlukan pemusatan gejala jiwa menyeluruh terhadap bahan yang disimak. Agar penyimak dapat melakukan konsentrasi yang tinggi, maka perlu dilakukan, dengan beberapa cara, antara lain: (a) menjaga agar pikiran tidak terpecah, (b) perasaan tenang dan tidak bergejolak, (c) perhatianer. Terpusat pada objek yang sedang disimak, penyimak harus mampu menghindari berbagai hal-hal yang dapat menggangu kegiatan menyimak, baik intern maupun ekstenal. 3) Menyimak intensif ialah memahami bahasa formale Bahasa formale ialah bahasa yang digunakan dalam situasi formal. Yang dimaksudkan dengan situasi formale ialah situasi komunikasi resmi. Misalnya, ceramah, pidato, diskusi, berdebat, temu ilmiah dan lain sebagainya. Bahasa yang digunakan dalam ceramah ilmiah, temu ilmiah, atau diskusi ialah bahasa resmi atau bahasa baku. Bahasa baku lebih menekankan makna 4) Menyimak intensif diakhiri dengan reproduksi bahan simakan Reproduksi ialah kegiatan mengungkapkan kembali sesuatu yang telah dipahami. Untuk membuat reproduksi dapat dilakukan secara (1) lisan (berbicara) dan (2) tulis (menulis, mengarang). Reproduksi dilakukan setelah menyimak. (1) menuukur kemampuan integratif antara menyimak dengan berbicara, (2) mengukur kemampuan integratif antara menyimak dengan menulis atau mengarang, (3) mengetahui kemampuan daya serap seseorang. (4) mengetahui tingkat pemahaman seseorang tentang bahan yang telah disimak Menyimak intensif meliputi: 1) Menyimak kritis Menyimak kritis ialah kegiatan menyimak yang dilakukan dengan sungguh-sungguh untuk memberikan penilain secara objektif, menentukan keaslian, kebenaran. Dan kelebihan, serta kekurangan-kekurangannya. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyimak kritis adalah (a) mengamati tepat tidak ujaran pembicara, (b) mencari jawaban atas pertanyaan mengapa menyimak, dapatkah penyimak membedakan antara fakta dan opini dalam menyimak. Dapatkah penyimak mengambil simpulan dari hasil menyimak dapatkah penyimak menafsirkan makna idium, ungkapan, dan majas dalam kegiatan menyimak (Kamidjan, 2001: 22). 2) Menyimak introgatif Menyimak interogratif ialah kegiatan menyimak yang bertujuan memperoleh informasi dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang diarahkan kepada pemerolehan informasi tersebut. Kegiatan menyimak interogratif bertujuan untuk (a) mendapatkan fakta-fakta dari pembicara, (b) mendapatkan gagasan baru yang dapat dikembangkan menjadi sebuah wacana yang menarik, (c) mendapatkan informasi apakah bahan yang telah disimak itu asli atau tidak. 3) Menyimak eksploratif Menyimak eksploratif ialah kegiatan menyimak yang dilakukan dengan penuh perhatian untuk mendapatkan informasi baru. Pada akhir kegiatan, seorang penyimak eksploratif akan (a) menemukan gagasan baru. (B) menemukan informasi baru dan informasi tambahan dari bidang tertentu, (c) menemukan topik-topik baru yang dapat dikembang pada masa yang akan datang. (D) menemukan unsur-unsur bahasa yang bersifat baru 4) Menyimak kreatif Menyimak kreatif ialah kegiatan menyimak yang bertujuan untuk mengembangkan daya imajinasi dan kreativitas pembelajar. Kreativitas penyimak dapat dilakukan dengan cara (a) menirukan lafal atau bunyi bahasa asing atau bahasa daerah, misalnya bahasa Inggris, bahasa Belanda. Bahasa jerman Dan sebagainya, (b) mengemukakan gagasan yang sama dengan pembicara. Namun menggunakan struktur dan pilihan kata yang berbeda, (c) merekonstruksi pesan yang telah disampaikan penyimak, (d) menyusun petunjuk-petunjuk atau nasihat berdasar materi yang telah disimak. 5) Menyimak konsentratif Menyimak konsentratif ialah kegiatan menyimak yang dilakukan dengan penuh perhatian untuk memperoleh pemahaman yang baik terhadap informasi yang disimak. Kegiatan menyimak konsentratif bertujuan untuk (a) mengikuti petunjuk-petunjuk, (b) mencari hubungan antarunsur dalam menyimak. (C) mencari hubungan kuantitas dan kualitas dalam suatu komponen. (D) mencari butir-butir informasi penting dalam kegiatan menyimak, (e) mencari urutan penyajian dalam bahan menyimak, dan (f) mencari gagasan utama dari bahan yang telah disimak (Kamidjan, 2001: 23). 6) Menyimak selektif Menyimak selektif ialah kegiatan menyimak yang dilakukan secara selektif dan terfokus untuk mengenal, bunyi-bunyi asing, nada dan suara, bunyi-bunyi homogen, kata-kata, frase-frase, kalimat-kalimat, dan bentuk-bentuk, bahasa Yang Sedang Dipelajarinya. Menyimak selektif memiliki ciri tertentu sebagai pembeda dengan kegiatan menyimak yang lain. Adapun ciri menyimak selektif ialah: (a) menyimak dengan saksama untuk menentukan pilihan pada bagian tertentu yang diinginkan, (b) menyimak dengan memperhatikan topik-topik tertentu, (c) menyimak dengan memusatkan pada tema-tema tertentu. C. Tujuan menyimak Tujuan menyimak berdasarkan Tidyman amp Butterfield membedakan menyimak menjadi: 1) Menyimak sederhana 2) Menyimak diskriminatif 3) Menyimak santai 4) Menyimak informatif 5) Menyimak literatur 6) Menyimak kritis d. Taraf aktivitas penyimak Berdasarkan pada titik pandang aktivitas penyimak dapat diklarifikasikan: 1) Kegiatan menyimak bertaraf rendah 2) Kegiatan menyimak bertaraf tinggi D. UNSUR-UNSUR MENYIMAK Kegiatan menyimak merupakan kegiatan yang cukup kompleks karena sangat bergantung kepada berbagai unsur yang mendukung. Yang dimaksudkan dengan unsur dasar ialah unsur pokok yang menyebabkan timbulnya komunikasi dalam menyimak. Setiap unsur merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan dengan unsur yang lain. Unsur-unsur dasar menyimak ialah (1) pembicara, (2) penyimak, (3) bahan simakan, dan (4) bahasa lisan yang digunakan. Berikut ini adalah penjelasan masing-masing unur itu 1. Pembicara Yang dimaksudkan dengan pembicara ialah orang Yang menyampaikan Pesan Yang. Berupa informasi yang dibutuhkan oleh penyimak. Dalam komunikasi lisan, pembicara ialah narasumber pembawa pesan, sedang legan bicara ialah orang yang menerima pesan (penyimak). Dalam aktivitasnya, seorang penyimak sering melakukan. Kegiatan menulis dengan mencatat hal-hal penting selama melakukan kegiatan menyimak. Catatan tersebut merupakan pokok-pokok pesan yang disampaikan pembicara kepada penyimak. Fungsi catatan tersebut ialah sebagai berikut. ein. Meninjau Kembali Bahan Simakan (Reviu) Kegiatan meninjau kembali bahan simakan merupakan salah satu ciri penyimak kritis. Pada kegiatan ini, penyimak mencermati kembali bahan simakan yang telah diterima melalui catatan seperti: topik, tema, dan gagasan lain yang menunjang pesan yang disampaikan pembicara. Di samping itu penyimak dapat memprediksi berdasarkan pesan-pesan yang telah disampaikan pembicara. B. Menganalisis Bahan Simakan Pada dasarnya menyimak ialah menerima pesan, namun dalam kenyataannya seorang penyimak tidak hanya menerima pesan begitu saja, ia juga berusaha untuk menganalisis pesan yang telah diterimanya itu. Kegiatan analisis ini dilakukan untuk membedakan ide pokok, ide bawahan, dan ide penunjang. C. Mengevaluasi Bahan Simakan Pada tahap akhir kegiatan menyimak ialah mengevaluasi hasil simakan. Langkah ini dapat dilakukan dengan cara: 1) Kekuatan Bukti Untuk membenarkan pernyataan pembicara, penyimak harus mengevaluasi bukti-bukti yang dikatakan pembicara. Jika bukti-bukti itu cukup kuat, apa yang dikatakan pembicara itu benar. 2) Validitas Alasan Jika pernyataan pembicara diikuti. Denai alasan-alasan yang kuat, terpercaya, dan logis, dapat dikatakan bahwa alasan itu validitasnya tinggi. 3) Kebenaran Tujuan Penyimak harus mampu menemukan tujuan pembicara. Di samping itu, ia juga harus mampu membedakan penjelasan dengan keterangan inti, sikap subjektif dengan sikap objektif. Setelah itu ia akan mampu mencari tujuan pembicaraan (berupa pesan). 2. Penyimak Penyimak Yang Baik ialah Penyimak Yang Memiliki Pengetahuan Dan Pengalaman Yang Banyak Dan Luas. Jika penyimak memiliki pengetahuan dan pengalaman yang banyak dan luas, ia dapat melakukan kegiatan menyimak dengan baik. Selain itu, penyimak yang baik ialah penyimak yang dapat melakukan kegiatan menyimak dengan intensif. Penyimak seperti itu akan selalu mendapatkan pesan pembicara secara tepat Hal itu akan lebih sempurna jika ia ditunjang oleh, pengetahuan dan pengalamannya. Kamidjan (2001: 6) rnenyatakan bahwa penyimak yang baik ialah penyimak yang memiliki dua sikap, yaitu sikap objektif dan sikap kooperatif. ein. Sikap Objektif Yang dimaksudkan dengan sikap objektif ialah pandangan penyimak terhadap bahan simakan. Jika Bahan Simakan Itu Baik, ia akan menyatakan baik, demikian pula sebaliknya. Penyimak sebaiknya tidak mudah terpengaruh oleh hal-hal di luar kegiatan vieleimak, seperti pribadi pembicara, ruang, suasana, sarana dan prasarana. B. Sikap Kooperatif Sikap kooperatif ialah sikap penyimak yang siap bekerjasama dengan pembicara untuk keberhasilan komunikasi tersebut. Sikap yang bermusuhan atau bertentangan dengan pembicara akan menimbulkan kegagalan dalam menyimak. Jika Hal Itu Yang Terjadi, Maka Penyimak Tidak Akan Mendapatkan Pesan Dari Pembicara. Sikap yang baik ialah sikap berkoperatif dengan pembicara. 3. Bahan Simakan Bahan simakan merupakan unsur terpenting dalam komunikasi lisan, terutama dalam menyimak. Yang dimaksudkan dengan bahan simakan ialah pesan yang disampaikan pembicara kepada penyimak. Bahan simakan esu dapat berupa konsep, gagasan, atau informasi. Jika pembicara tidak dapat menyampaikan bahan simakan dengan baik, pesan itu tidak dapat diserap oleh penyimak yang mengakibatkan terjadinya kegagalan dalam komunikasi. Untuk menghindari kegagalan, perlu dikaji ulang Bahan simakan dengan cara berikut. ein. Menyimak Tujuan Pembicara Langkah pertama penyimak dalam melakukan kegiatan menyimak ialah mencari tujuan pembicara. Jika Hal itu telah dicapai, ia akan lebih gampang untuk mendapatkan pesan pembicara. Jika hal itu tidak ditemukan, ia. akan mengalami kesulitan. Tujuan yang akan dicapai penyimak ialah untuk mendapatkan fakta, mendapatkan inspirasi, menganalisis gagasan pembicara, mengevaluasi, dan mencari hiburan. B. Menyimak Urutan Pembicaraan Seorang penyimak harus berusaha mencari urutan pembicaraan. Hal itu dilakukan untuk memudahkan penyimak mencari pesan pembicara. Walaupun pembicara berkata agak cepat, penyimak dapat mengikuti dengan hati-hati agar mendapatkan gambaran tentang urutan penyajian bahan. Urutan penyajian terdiri atasa tiga komponen, yaitu pembukaan, isi, dan penutup. Pada Bagian Pembukaan Lingkup Permasalahan Yang Akan Dibahas. Bagian isi terdiri atas uraian panjang lebar Permasalahan Yang Dikemukakan Pada Bagian Pendahuluan. Pada bagian penutup berisi simpulan hasil pembahasan. C. Menyimak Topik Utama Pembicaraan Topik utama ialah topik yang selalu dibicarakan, dibahas, dianalisis s pembicaraan berlangsung. Dengan mengetahui topik utama, penyimak memprediksi apa saja yang akan dibicarakan dalam komunikasi tersebut. Penyimak satu profesi dengan pembicara, ist tidak akan kesulitan untuk mener topik utama. Sebuah topik uta.-na memiliki ciri-ciri: menarik perhatian pen) bermanfaat bagi penyimak, dan akrab dengan penyimak. D. Menyimak Topik Bawahan Setelah Penyimak menemukan Topik Utama, langkah selanjutnya ialah mencari topik-topik bawahan. Umhangya Pembicara Akan Membrana Topik Utama Itu Menjadi Beberapa Topik Bawahan. Hal itu dilakukan Agar Pesan Yang Disampaikan Dapat Dengan Mudah Dicerna Oleh Penyimak. Penyimak dapat mengasosiasikan topik utama itu dengan sebuah pohon besar, topik bawahan ialah dahan dan ranting pohon tersebut. Dengan demikian penyimak yang telah mengetahui topik utama, dengan mudah akan mengetahui topik-topik bawahannya. E. Menyimak Akhir Pembicaraan Akhir pembicaraan biasanya terdiri atas: simpulan, himbauan, dan saran-saran. Jika pembicara menyampaikan rangkuman, maka tugas penyimak ialah mencermati rangkuman yang telah disampaikan pembicara tersebut. Jika pem bicara menyampaikan simpulan, maka penyimak mcncocokkan catatannya dengan simpulan yang disampaikan pembicara. Dalam hal itu perlu dicermati juga tentang simpulan. Yang tidak sama, yaitu simpulan yang dibuat pembicara dan penyimak. Jika pembicara hanya menyampaikan himbauan, penyimak harus memperhatikan himbuan itu secara cermat dan teliti E. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN MENYIMAK Menurut pendapat Rost (1991: 108) bahwa faktor-faktor yang penting dalam keterampilan menyimak dalam kelas adalah siswa menuliskan butir-butir penting bahan simakan terutama yang berhubungan dengan bahan simakan. Pendapat lain menurut Tarigan (1994: 62), komponenfaktor-fantor penting dalam menyimak adalah sebagai berikut. 1. Membedakan antar bunyi fonemis 2. Mengingat kembali kata-kata. 3. Mengidentifikasi tata bahasa dari sekelompok kata. 4. Mengidentifikasi bagian-bagian pragmatik, eskpresi, dan seperangkat penggunaan yang berfungsi sebagai Einheit sementara mencari artimakna. 5. Menghubungkan tanda-tanda linguistik ke tanda-tanda para linguistik (intonasi) dan ke nonlinguistik (situasi yang sesuai dengan objek supaya terbangun makna, menggunakan pengetahuan awal (yang kita tahu tentang isi dan bentuk dan konteks yang telah siap dikatakan untuk memperkirakan dan kemudian Menjulaskan makna 6. Mengulang kata-kata penting dan ide-ide penting Selanjutnya, menurut pendapat Michael (1991: 108) faktor-faktor yang penting dalam keterampilan menyimak dalam kelas adalah siswa menuliskan butir-butir penting bahan simakan terutama yang berhubungan dengan bahan (1) sasaran kegiatan, (2) sasaran, (1) sasaran kegiatan, (2) sasaran, (2) sasaran, sasaran, sasaran, sasaran, sasaran, sasaran, sasaran, sasaran, sasaran, sasaran, sasaran, sasaran, sasaran, sasaran, sasaran, sasaran, sasaran, sasaran, sasaran, sasaran, sasaran, sasaran, sasaran, sasaran, sasaran, sasaran, sasaran, sasaran, sasaran, sasaran, sasaran, sasaran, sasaran, sasaran, sasaran, sasaran, sasaran, Kompetensi siswa, (3) metode pembelajaran, dan (4) faktor keberhasilan menyimak (Budiman, 2008: 2) Selain itu, masih ada beberapa faktor penting dalam keterampilan menyimak, di antaranya: 1. Unsur Pembicara Pembicara haruslah menguasai materi, penuh percaya Diri, berbicara sistematis dan kontak dengan penyimak juga harus bergaya menarik bervariasi 2. Unsur Materi unsur yang diberikan haruslah aktual, bermanfaat, sistematis dan seimbang. Materi yang disusun pun sebaiknya memperhatikan tingkat perkembangan siswa. Tema materi yang dipergunakan sebaiknya bervariatif. Dengan demikian, siswa kita tidak akan jenuh belajar dan pembelajaran menyimak menjadi menyenangkan. 3. Unsur Penyimak Siswa a. Kondisi siswa dalam keadaan baik b. Siswa harus berkonsentrasi c. Adanya minat siswa dalam menyimak d. Penyimak harus berpengalaman luas 4. Unsur Situasi a. Waktu penyimakan b. Saran unsur pendukung c. Suasana lingkungan Lingkungan Yang Mempengaruhi Tersebut Mitgliedsban Kenia Bahwa Siswa Dapat Menyimak Bahan Dengan Baik Atau Tidak. Harus dihindari faktor lingkungan yang akan berpengaruh buruk bagi keberhasilan pengembangan kompetensi menyimak. Faktor tersebut misalnya minimnya fasilitas (tidak ada laboratorium), suasana menyimak tidak nyaman (ruangan telalu lebar, kelas di sebelah kita terlalu berisik). F. CIRI-CIRI PENYIMAK IDEAL Menurut Djago Tarigan mengidentifikasi ciri-ciri menyimak ideal sebagai berikut: 1. Berkonsentrasi Artinya penyimak harus betul-betul memusatkan perhatian kepada materi yang disimak 2. Penyimak harus bermotivasi Artinya mempunyai tujuan tertentu sehingga untuk menyimak kuat 3. Penyimak Harus menyimak secara menyeluruh Artinya penyimak harus menyimak materi secara utuh dan padu 4. Penyimak harus menghargai pembicara 5. Penyimak yang baik harus selektif, artinya harus memilih bagian-bagian yang inti 6. Penyimak harus sungguh-sungguh 7. Penyimak tidak mudah terganggu 8. Penyimak harus cepat menyesuaikan diri 9. Penyimak harus kenal arah pembicaraan 10. Penyimak harus kontak dengan pembicara 11. Kontak dengan pembicara 12. Merangkum 13. Menilai 14. Merespon G. TEKNIK MENYIMAK YANG EFEKTIF Untuk dapat menyimak dengan baik, perlu mengetahui syarat menyimak efektif . Adapun syarat tersebut ialah: (1) menyimak dengan berkonsentrasi. (2) menelaim materi simaka, (3) menyimak dengan kritis, dan (4) membuat catatan (Universitas Terbuka, 1985: 35). Berikut ini adalah masing-masing hal itu 1. Menyimak dengan Berkonsentrasi Yang dimaksud dengan menyimak berkonsentrasi ialah memusatkan pikiran perasaan, dan perhatian terhadap bahan simakan yang disampaikan pembicara. Untuk dapat memusatkan perhatian terhadap bahan simakan yang disampaikan pembicara dengan baik, penyimak harus dapat menghindari gangguan menyimak, baik yang berasal dari dirinya sendiri ataupun yang berasal dari luar. Beberapa faktor luar yang dimaksudkan di antaranya adalah sebagai berikut. ein. Orang Yang Datang Terlambat Pada prinsipnya orang yang datang terlambat ke tempat ceramah akan mengganggu penyimak yang sedang berkonsentrasi terhadap bahan simakan. B. Keanehan-keanehan yang Terjadi di antara Pembicara dan Penyimak Jika terjadi ketidakselarasan antara pembicara dan penyimak, akan terjadi gangguan pada diri penyimak. C. Metode Pembicara Yang Tidak Tepat dalam Situasi Komunikasi Metode yang tidak tepat, akan berakibat gagalnya alur komunikasi pembicara dan penyimak. D. Pakaian Pembicara Pembicara Yang Memakai Pakaian Yang Berlebihan Akan Mengganggu Konsentrasi Penyimak. E. Pembicara yang tidak menarik 2. Menelaah Materi Simakan Untuk menelaah materi simakan, penyimak dapat melakukan hal hal hal berlinut ini: (a) mencari arah dan tujuan pembicaraan, (b) mencoba membuat penggalan-penggalan pembicaraan dari awal sampai akhir, (c) menemukan Tema sentral (pokok pembicaraan), (d) mengamati dan memahami alat peraga (Medien) sebagai penegas materi simakan. (E) memperhatikan rangkuman (jika pembicara membuat rangkuman) yang disampaikan pembicara. 3. Menyimak dengan Kritis Yang dimaksudkan dengan menyimak kritis ialah aktivitas menyimak yang para penyimaknya tidak dapat langsung menerima gagasan yang disampaikan pembicara sehingga mereka meminta argumentasi pembicara. Pada dasarnya penyimak kritis memiliki ciri-ciri: (a) dapat menghubungkan yang dikaitakan pembicara dengan pengetahuan dan pengalamannya, (b) dapat menyusun bahan yang telah disimak dengan baik (reproduksi), (c) dapat menguraikan (menelaskan) apa saja yang telah disampaikan Pembicara Dan (d) dapat melakukan evaluasi terhadap bahan yang telah disimak. 4. Membuat Catatan Kegiatan menyimak yang baik ialah kegiatan menyimak yang diikuti dengan kegiatan mencatat. Yang perlu dicatat dalam kegiatan menyimak ialah hal-hal Yang Dianggap Penting Bagi Penyimak. Catatan itu merupakan langkah awal dalam memahami bahan simakan Hal-hal penting yang perlu diketahui penyimak dalam mencatat ialah: (a) catatan boleh menggunakan tanda-tanda yang bersifat informell. (B) bentuk catatan yang benar ialah singkat, padat, dan jelas. (C) catatan yang baik ialah catatan yang benar artinya catatan itu tidak akan menimbulkan keraguan, (d) catatan yang diberi tanda-tanda tertentu, akan mempermudah penyimak membaca ulang, (e) catatan perlu direviu secara periodik. Selanjutnva Dalam pencatatan, ada beberapa metode yang dapat diterapkan, di antaranya ialah metode kerangka saris bestir, metode precis, metode bukti-prinsip, metode pemetaan. Penyimak yang baik apabila einzeln mampu menggunakan waktu ekstra untuk mengaktifkan pikiran pada saat menyimak. Ketika para siswa menyimak, perhatiannya tertuju pada objek bahan simakan Pada saat itulah akan didapatkan proses menyimak yang efektif, menyimak yang lemah, dan menyimak yang kuat, sebagaimana dikemukakan oleh Campbell, dkk (2006: 16) pada tabel berikut ini. Kein Menyimak Yang Efektif Menyimak Yang lemah Menyimak Yang Kuat 1. Temukan beberapa Bereich MiNaT Menghilangkan Pelajaran Yang 8220kering8221 Menggunakan peluang dengan bertanya 8220Apa isinya untuk saya8221 2. Nilailah isinya, bukan penyampaiannya Menghilangkannya jika penyampaiannya Jelek Menilai isi, melewati kesalahan-kesalahan penyampaian 3. Tahanlah Semangat Anda Cenderung berargumen Menyembunyikan penilaian sampai paham 4. Dengarkan ide-ide Menyimak kenyataan Menyimak tema inti 5. Bersikap fleksibel Membuat catatan intensif dengan memakai hanya satu sistem Membuat catatan lebih banyak. Memakai 4-5 sistem berbeda tergantung pembicara 6. Bekerjalah saat menyimak Pura-pura menyimak Bekerja keras, menunjukkan keadaan tubuh yang aktif 7. Menahan gangguan Mudah tergoda Berjuangmenghindari gangguan, toleransi pada kegiatan-kegiatan jelek, tahu cara berkonsentrasi 8. Latihlah pikiran und a Menahan Bahan yang sulit, mencari bahan yang sederhana Menggunakan bahan yang padat untuk melatih pikiran 9. Bukalah pikiran anda Setuju dengan informasi jika mendukung ide-ide yang terbentuk sebelumnya Mempertimbangkan sudut pandang yang berbeda sebelum membentuk pendapat. 10. Tulislah dengan huruf besar tentang fakta karena berpikir lebih cepat daripada berbicara Cenderung melamun bersama dengan pembicara yang lemah Menantang, mengantisipasi, merangkum, menimbang bukti, mendengar apa yang tersirat. H. TEKNIK PENINGKATAN DAYA SIMAK Telah erkranktes Bahwa Pada Saat Menyimak. Anda perlu berkonsentrasi terhadap apa yang Anda simak. Selain konsentrasi, faktor lain yang juga beperan besar dalam kegiatan menyimak adalah penguasan kosakata. Hal ini terjadi karena penangkapan makna merupakan bagian integral dari posiert menyimak Orang dewasa dikatakan memiliki kosakata minimal apabila ia hanya memiliki rata-rata kosakata sekitar 20.000 kata. Selajutnya Untuk meningkatkan daya simak Anda. Ada beberapa teknik yang dapat dilakukan Di antaranya adalah teknik loc. Teknik penggabungan Dan teknik fonetik (Sutari dkk 1997: 67--70). Berikut ini adalah peniciasan teknik-teknik tersebut. 1. Teknik Loci (Loci System) Teknik loci merupakan salah satu teknik mengingat yang paling tradisional. Teknik ini pada dasamva merupakan teknik mengingat dengan cara memvisualisasikan materi yang harus diingat dalam ingatan Anda. Teknik ini dapat dilakukan dengan cara mempelajari urutan informasi dengan informasi lain yang serupa. Dan mencocokan hal-hal yang akan diingat dengan lokasi tersebut. 2. Teknik Penggabungan Teknik penggabungan merupakan teknik mengingat dengan cara menghubungkan (menggabungkan) pesan pertama yang akan Anda ingat secara berantai dengan pesan kedua, ketiga. Dan seterusnva Pesan berantai itu dihubungkan pula dengan imaji-imaji tertentu yang perlu divisualkan secara jelas dalam pikiran Untuk mencegah terjadinya kelupaan pada pesan pertama (pesan yang akan dimatarantaikan), pesan pertama perlu dihubungkan tersebut dengan lokasi yang akan mengingatkan Anda pada item tadi. 3. Teknik - Fonetik Teknik fonetik melibatkan penggabungan angka-angka, bunyi-bunvi fonetis, dan kata-kata yang mewakili bilangan-bilangan itu dengan pesan yang akan diingat. Teknik ini dapat membentuk imaji visuell yang kuat untuk masing-masing kata yang berhubungan dengan bilangan dan membentuk penggabungan visuell antara masing-masing pesan yang akan diingat secara berurutan dengan masing-masing kata yang terbentuk dari kata-kata yang divisualisasikan. I. TEKNIK DICTOGLOSS Kata dictogloss berasal bahasa Inggris dan terdiri dari dua kata, yaitu kata dicto atau diktieren yang artinya dikte atau imla, dan kata glanz yang artinya tafsir. Penulis bertendapat, bahwa teknik ini merupakan gabungan dua teknik, yaitu dikte dan tafsir. Setelah teks dibacakan dengan cara didiktekan, maka para siswa harus menafsirkan teks cerita yang telah ia dengar tersebut. David Nunan dalam Azies dan Alwasilah, (1996: 85), mengemukakan bahwa teknik dictogloss, yaitu sebuah teknik dalam pengajaran menyimak yang tergolong komunikatif. Dalam teknik ini guru membacakan sebuah wacana singkat kepada siswa dengan kecepatan normal dan siswa diminta menuliskan kata sebanyak yang mereka mampu. Mereka kemudian bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil untuk merekonstruksi wacana dengan berdasarkan serpihan-serpihan yang telah mereka tulis. Teknik ini mirip dengan teknik dikte tradisional, walaupun hanya bersifat oberflächlich. Dengan teknik ini siswa dilatih untuk mendengarkan, memahami, menginterpretasikan serta memberikan tanggapan terhadap informasi yamg didengarkannya. Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat bahwa di dalam teknik dictogloss terdapat dua buah teknik yang digunakan sebagai upaya pemahaman sebuah wacana lisan, yakni dikte dan teknik identifikasi kata kunci. Teknik dikte digunakan ketika wacana diperdengarkan kepada siswa dengan kecepatan normal, sedangkan teknik identifikasi kata kunci digunakan ketika siswa diminta menuliskan kata-kata kunci atau kata-kata isi sebanyak yang mereka mampu. Djago Tarigan (1986: 52), menyatakan bahwa identifikasi kata kunci adalah memilih kata yang merupakan pokok pikiran utama dalam wacana, maka dalam teknik dictogloss perlu adanya penemuan kata-kata yang merupakan kata kunci. Wacana lisan yang didengarkan oleh siswa, yaitu berupa rekaman cerita dalam kaset. Rekaman Cerita Tersebut Merupakan Salah Satu Medien Audio. Aristo Rahadi (Depdiknas, 2003: 33), menyatakan Bahwa Medien Audio Sering Digunakan di Sekolah. Program kaset audio termasuk media yang sudah memasyarakat hingga ke pelosok pedesaan dan cukup ekonomis, karena biaya yang diperlukan untuk pengadaan dan perawataan cukup murah untuk membantu guru dalam menyampaikan pelajaran. Akhirnya dapat penulis simpulkan bahwa teknik dictogloss, yaitu teknik yang digunakan dalam pengajaran menyimak dengan cara menyajikan sebuah wacana lisan kepada siswa dan mereka bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil untuk merekontruksi wacana yang berdasarkan kepada kata-kata kunci tadi. 1. Langkah-langkah Penggunaan Teknik Dictogloss Ada empat langkah dalam teknik dictogloss yang dikemukan oleh David Nunan dalam Azies dan Alwasillah (1996:86), yaitu: a. Persiapan. Pada tahap ini guru mempersiapkan siswa untuk menghadapi teks yang akan mereka dengar dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan mendiskusikan gambar stimulus, dengan membahas kosakata, dengan meyakinkan bahwa siswa tahu apa yang harus dilakukan, dan dengan meyakinkan bahwa siswa ada pada kelompok yang sesuai. B. Dikte. Pembelajar mendengarkan dikte dua kali. Pertama mereka hanya mendengarkan dan mendapatkan gambaran umum teks tersebut. Kedua, mereka membuat catatan, dengan dimotivasi akan membantu mereka merekontruksikan teks. Untuk alasan konsistensi, lebih baik siswa mendengarkan teks tersebut melalui tape recorder bukan dari teks yang dibacakan guru. C. Rekonstruksi. Pada akhir dikte, pembelajar mengumpulkan catatan-catatan dan menyusun kembali teks versi mereka. Selama tahap ini perlu diingat bahwa guru tidak memberikan masukan bahasa pada siswa. D. Analisis dan Koreksi. Ada berbagai cara untuk menangani tahap ini. Pertama, setiap teks versi siswa bisa ditulis pada papan tulis atau ditayangkan melalui overhead projector (OHP). Kedua, teks bisa diperbanyak dan dibagi-bagikan kepada semua siswa. Ketiga, siswa bisa membandingkan versi mereka dengan teks asli, kalimat demi kalimat. 2. Kelebihan Teknik Dictogloss Teknik dictogloss ini bisa menjadi jembatan yang berguna antara menyimak Bottom up dan Top down. Dalam kasus pertama, pembelajar terutama berurusan dengan bagaimana mengenali unsur-unsur individual dalam teks (strategi bottom-up). Namun, selama diskusi kelompok-kelompok kecil, beberapa atau semua strategi top down mungkin disertakan. Pada strategi ini, pembelajar akan mengintegrasikan pengetahuan 8220dalam kepala8221 atau background knowledge mereka. Dengan teknik dictogloss pembelajar akan mampu: a. Membuat prediksi. B. Membuat inferensi-inferensi hal-hal yang tidak ada dalam teks. C. Akan mengenali topik teks. D. Akan mengenali jenis teks (apakah naratif, deskriptif, anekdot, dan sebagainya). E. Akan mengenali berbagai jenis hubungan semantik di dalam teks (Azies dan Alwasilah, 1996:85-86). Dengan demikian, teknik dictogloss mampu memanfaatkan prinsip bahwa dua kepala selalu lebih baik daripada satu kepala. Siswa mampu mengumpulkan dan memanfaatkan sumber-sumber, bahkan siswa yang tergolong low-level. Dengan bekerja sama, siswa akan mampu melakukan sesuatu di atas kompetensi mereka yang sebenarnya. Tentu saja, pengajaran menyimak dengan teknik ini tidak harus mendominasi seluruh waktu dalam suatu tatap muka. Ia bisa diintegrasikan dalam pelajaran apapun. Tahap pemanasan merupakan tahap yang paling cocok dan dapat menyediakan cukup kesempatan untuk aktivitas menyimak ini, karena pada tahap ini kita dapat membiasakan siswa dengan bahasa. 3. Kelemahan Teknik Dictogloss Aristo (Depdiknas,2003:34), mengutarakan kelemahan dalam menggunakan media rekaman adalah sebagai berikut. ein. daya jangkaunya terbatas, tidak bisa didengarkan secara massal b. jika jumlah sasarannya sedikit dan hanya sekali pakai, maka biaya produksi menjadi mahal c. cenderung verbalisme karena semua informasi hanya disajikan melalui suara, sehingga sulit untuk menyajikan materi yang bersifat sangat teknis, praktek, dan eksak. Tidak ada sebuah teknik pun yang sempurna. Jika teknik tersebut memiliki kelebihan, maka kelemahan pun pasti dimiliki oleh teknik tersebut. Begitupun dengan teknik dictogloss dalam pelaksanaannya di lapangan terdapat beberapa kelemahan. Adapun kelemahan-kelemahan tersebut adalah sebagai berikut. ein. Kurangnya pengadaan media. karena dalam teknik dictogloss ini memerlukan media yang baik dan tepat. B. Kurangnya waktu yang tersedia, karena dalam teknik dictogloss ini memerlukan waktu yang lebih lama. 4. Penggunaan Media Rekaman dalam Teknik Dictogloss Media rekaman atau media audio ialah media yang berkenaan dengan indera pendengaran, seperti kaset dan radio. Seperti telah disebutkan sebelumnya, bahwa dalam teknik dictogloss lebih baik bila digunakan media rekaman sebagai alat bantu audio. Penggunaan teknik ini dimaksudkan untuk: a. Membuat pembelajaran lebih produktif. B. Membuat pembelajaran lebih langsung dan segera. C. Membuat pembelajaran lebih seimbang dan merata (Azies dan Alwasilah, 1996:86). Oleh karena itu, penggunaan media rekaman atau media audio ini sangat dianjurkan dalam pembelajaran menyimak. Namun, untuk meraih keberhasilan dalam penggunaan media ini perlu diketahui beberapa hal, seperti kedudukan penyimak, sifat media, langkah dalam penulisan naskah, dan komponen dalam program audio. Di dalam komunikasi, penyimak itu mempunyai kedudukan yang penting. Komunikasi akan dikatakan efektif jika para penyimak terpikat perhatiannya, dapat memahami isi pesan yang disampaikan, dan melakukan kegiatan sesuai dengan rencana yang dibuat oleh penyusun program. Untuk memproduksi program perlu diperhatikan sifat-sifat media yang digunakan. Media audio itu bersifat auditif. Isi program yang disampaikan di telinga penyimak itu hanya sepintas lalu saja. Penyimak yang tidak berkonsentrasi tentu tidak dapat menangkap pesan yang disampaikan. Bila penyusun program ingin mendapatkan hasil yang baik, program media ini harus bersifat akrab dengan penyimak. Penulis naskah audio harus memperhatikan kemampuan berpikir penyimaknya. Jenis penyimak itu sangat menentukan isi pesan dan bahasa yang dipergunakan dalam penulisan naskah. Naskah audio yang disajikan untuk pelajar harus mempergunakan kata-kata dan kalimat yang diketahui oleh pelajar. Beberapa langkah dalam penulisan naskah diantaranya: a. menentukan topik b. melakukan penelitian mengenai pokok masalah c. membuat garis besar d. menentukan format e. menulis konsep f. mengecek konsep dan g. menulis naskah. Pada akhirnya, dapat penulis simpulkan penggunaan media rekaman atau media audio dalam pembelajaran menyimak dengan teknik dictogloss sangat penting dan dapat menunjang keberhasilan dalam kegiatan menyimak. 5. Langkah-Langkah untuk Mengatasi KelebihanKekurangan dalam Penggunaan Teknik Dictogloss Dalam pembelajaran menyimak dengan teknik dictogloss diperlukan adanya langkah-langkah yang harus ditempuh untuk mengatasi kelebihankekurangan dalam penggunaannya. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut. ein. Guru harus mempersiapkan segala sesuatunya dengan sebaik-baiknya, baik secara teknis maupun praktis, yaitu persiapan tertulis maupun tidak tertulis. Dimulai dari mempersiapkan siswa, media dan sumber, sarana dan situasi yang mendukung terlaksananya pembelajaran menyimak ini. B. Dalam menggunakan media harus tepat sehingga tidak terjadi verbalisme, efektif dan efisien. C. Pada tahap rekonstruksi, guru harus memberi keleluasaan kepada siswa untuk mengungkapkan pikiran, ide-ide, dan pendapatnya. D. Dalam menganalisis dan mengoreksi, setiap hasil pendapat siswa lebih dihargai dan dinilai dengan seobyektif mungkin sehingga tidak menjatuhkan siswa. E. Dengan teknik ini guru dapat memberikan cara yang tepat untuk menyerap informasi lain. J. KEGIATAN MENYIMAK 1. Proses menyimak komprehensif Adapun komponen yang termasuk dalam proses menyimak: a. Rangsang bunyi Weafer 91972) memasukan kata-kata, bunyi isyarat dan bunyi-bunyi lainnya sebagai tipe - tipe simbol bunyi yang dapat diterima dan dapat dimaknai oleh penyimak b. Penerimaan alat peraga c. Perhatian dan penyelesaian d. Pemberian makna 2. Fungsi comprehensive listening Fungsinya berkonsentrasi pada pesan-pesan yang disampaikan selanjutnya kaitan antara satu pesan dengan lainnya agar sampai pemahaman yang dikehendaki. 3. Faktor-faktor yang berkaitan dengan menyimak konprehensif a. Memori Adapun memori dalam diri kita memiliki tiga fungsi penting 1) Menyusun arah tentang apa yang akan kita lakukan dalam aktivitas 2) Memberikan struktur baku terhadap pemahaman kita kepada suatu aktivitas apabila konsep-konsep kita tersebut dikemukakan oleh orang lain 3) Memberikan arahpedoman untuk mengingat pengalaman pengetahuan dan informasi - informasi yang telah diketahui sebelumnya. Beberapa teori yang memberikan penjelasan tentang penyebab mengapa informasi yang disimpan dalam memori hilang (lupa): 1) Fuding teori (teori pemudaran): maksudnya informasi yang tidak sering digunakan akan memudar perlahan-lahan hilang. 2) Distortion theory: informasi yang mirip dengan informasi yang lainnya tidak dapat dibedakan, yang telah disimpan di ingatan. 3) Superssion Theory: teori ini menyatakan pesan akan hilang akibat hambatan multivasional (melukai). 4) Interference Theory: teori ini menyatakan informasi yang telah di dapat sebelumnya akan bercampur dengan informasi yang baru didapat. 5) Processing Break down theory: teori ini berpendapat bahwa tak satupun dari bagian-bagian informasi dapat diingat tanpa menggunakan sistem pengkodean makna ganda (sistem coding ambigu). Menurut penelitian manusia akan lebih mengingat apabila informasi itu: 1) Dianggap penting dan berharga atau berguna dalam kehidupan 2) Dianggap lain dari pada informasi yang lain atau dianggap unik (tidak wajar) 3) Terorganisir dan 4) Berupa informasi visual Menurut Montgo Mery ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar kita dapat meningkatkan daya mengingat kita. Kita harus memiliki keinginan kuat untuk meningkatkan daya ingatan, meningkatkan konsentrasi terhadap suatu pesan, dan peduli terhadap lingkungan dan orang-orang di sekitar kita. B. Konsentrasi Salah satu alasan mengapa pendengar tak dapat berkonsentrasi pada sumber pembicaraan (penuturan) adalah kemungkinan karena sering berkomunikasi dalam rentang yang terlalu lama, sehingga keadaan seperti ini menuntutnya untuk membagi-bagi energi. Untuk memperhatikan antara berbagai ragam rangsang dan tidak merespon pada suatu rangsang saja. Alasan yang kedua adalah karena pendengar salah mengarahkan energi untuk memperhatikan (attention energy). Menurut Erving Goffman, bentuk standar dankesalahan penafsiran meliputi hal-hal berikut: 1) Pencakupan pemenuhan eksternal, dibandingkan dengan berkonsentrasi pada pesan penutur, pendengar cenderung akan mudah terkacaukan perhatiannya oleh stimulasi rangsang dari luar 2) Kesadaran diri 3) Kesadaran berinteraksi 4) Kurangnya rasa ingin tahu terhadap apa yang sedang dibicarakan Ada tiga alasan lain yang menyadari alasan kurangnya konsentrasi di atas diantaranya kurangnya motivasi diri dan kurangnya tanggung jawab. C. Pembendaharaan kata Faktor yang mempengaruhi kemampuan komprehensif pendengar adalah ukuran kosa kata. Diasumsikan bahwa ukuran kosa kata merupakan variabel penting dalam pemahaman pendengar. Dalam peran kita sebagai komunikator, kita memiliki empat jenis kosa kata fungsional yang sangat bervariasi ukurannya, jenis kosa kata itu dibedakan berdasarkan usia, saat seseorang melakukan komunikasi. Hal tersebut digambarkan sebagai berikut: 1) Sampai kira-kira seseorang mencapai usia sebelas tahun kosa kata fungsional terbesar yang dimiliki adalah kosa kata simakan mendengar (listening vocabulary) artinya pengayaan kosa katanya pada fase ini dapat dan hasil simakan dari kehidupan sehari-hari 2) Setelah lewat usia dua belas, kosa kata simakan yang seseorang miliki, umumnya dipengaruhi oleh kosa kata atau hasil membaca (reading vocabulary). 3) Orang dewasa dikatakan memiliki kosa kata minimum apabila ia hanya memilih rata-rata kosa kata sebesar 20.00 kata. Untuk meningkatkan kosa kata umum maupun kosa kata mendengar menurut langkah-langkah Pauk dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Langkah pertama adalah menumbuhkan minat kata-kata. Ada dua kemampuan dasar yang dapat membantu kita untuk mempelajari kata-kata baru berdasarkan maknanya adalah kemampuan menganalisa struktur dan kemampuan menganalisa konteks kata keterampilan pertama tadi yaitu analisis struktur. 2) Langkah yang kedua adalah mempelajari makna dari kata-kata yang tidak lazim dari konteks-konteksnya. Ada 2 jenis petunjuk kontekstual yang utama dan telah umum dikenal yakni petunjuk sematik (makna kata) dan sintaksis (struktur kalimat), yang termasuk ke dalam petunjuk sematik adalah petunjuk sinonim, penjelas, deskripsi, contoh, kesimpulan, penjelas pengalaman, situasi. Petunjuk kontekstual kedua adalah petunjuk sintaksis berupa pola-pola penyusun kalimat yang menjadi penyusun suatu kalimat. D. Faktor-faktor tambahan 1) Faktor kurang seringnya diadakan penelitian-penelitian yang terkontrol secara ilmiah 2) Tak banyak mengenal paliditas dan realibitas tes mendengar yang diterapkan dalam penelitian 3) Karena sebagian besar peneliti belum terkoordinir dengan baik. Ada beberapa variabel yang mempengaruhi keefektifan menyimak konprehensif adalah usia, motivasi, intelgensia, tingkat pencapaian, kemampuan berbicara, pemahaman membaca, kemampuan belajar, kemampuan berbahasa dan kultural. BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN 1. Menyimak. proses mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasi, menafsirkan, menilai, dan mereaksi makna. 2. Tujuan utama menyimak adalah untuk menangkap dan memahamiPENGERTIAN, DEFINISI, DAN FUNGSI KETERAMPILAN MENYIMAK PADA PEMBELAJARAN BAHASA. Keterampilan menyimak merupakan bagian dari keterampilan berbahasa yang sangat esensial, sebab keterampilan menyimak merupakan dasar untuk menguasai suatu bahasa. Anak kecil yang mulai belajar berbahasa, dimulai dengan menyimak rentetan bunyi yang didengarnya, belajar menirukan, kemudian mencoba untuk menerapkan dalam pembicaraan. Setelah masuk sekolah, anak tersebut belajar membaca dari mengenal huruf atau bunyi bahasa yang diperlihatkan oleh guru sampai pada mengucapkan bunyi-bunyi bahasa atau kegiatan menirukan bunyi-bunyi bahasa tersebut. Pada situasi ini, anak sudah mulai menulis. Demikian seterusnya sampai anak bisa mengutarakan isi pikiran melalui bahasa lisan maupun bahasa tulisan, dan mampu memahami isi pikiran orang lain yang diungkapkan melalui bahasa lisan maupun bahasa tulisan. Menyimak merupakan salah satu keterampilan berbahasa di antara empat keterampilan bahasa lain seperti menulis, membaca, dan berbicara. Kegiatan menyimak berperan penting dalam pengembangan kemampuan berbahasa seseorang. Menyimak sangat dekat maknanya dengan mendengar dan mendengarkan. Namun kalau kita pelajari lebih jauh, ketiga kata itu memiliki perbedaan pengertian. Banyak orang yang masih kurang memahami perbedaan tersebut. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (dalam Sutari,1997:16), mendengar mempunyai makna dapat menangkap bunyi dengan telinga. Sadar atau tidak, kalau ada bunyi maka alat pendengaran kita akan menangkap atau mendengar bunyi-bunyi tersebut. Kita mendengar suara itu, tanpa unsur kesengajaan. Proses mendengar terjadi tanpa perencanaan tetapi datang secara kebetulan. Bunyi-bunyi yang hadir di telinga itu mungkin menarik perhatian, mungkin juga tidak. Mendengarkan atau menyimak merupakan proses menangkap pesan atau gagasan yang disajikan melalui ujaran. Mendengarkan adalah salah satu keterampilan berbahasa yang sangat penting, disamping membaca, berbicara, dan menulis. Komunikasi tidak akan dapat berlangsung dengan lancar tanpa keterampilan Mendengarkan. Keterampilan Mendengarkan merupakan dasar keterampilan berbicara yang baik. Apabila kemampuan seseorang dalam mendengarkan kurang, dapat dipastikan dia tidak dapat mengungkapkan topik yang didengar dengan baik. Dalam proses mendengar, seseorang tidak memusatkan perhatian pada setiap kata yang didengarnya melainkan inti pesan yang terdengar. Misalnya sewaktu kita menyimak acara di radio, kita hanya menangkap beberapa hal dan tidak dapat menangkap beberapa hal yang lain. Tidak tertangkapkan beberapa hal itu disebabkan oleh kurang perhatian, kurang tertarik pada topik, atau kurang efisien dalam menyimak. Menyimak sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memperluas wawasan, pengetahuan maupun hanya untuk kesenangan. Dalam kehidupan banyak komunikasi banyak dilakukan secara lisan sehingga kemampuan menyimak sangat penting dimiliki oleh setiap pemakai bahasa. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa menyimak mendominasi kegiatan berbahasa yang lain. Meskipun mendengarkan sangat perperan penting, namun sering kali penyimak mengalami kesulitan sehingga informasi yang diperoleh pun tidak maksimal. Dibandingkan dengan kemampuan berbicara atau menulis yang aktif-produktif, kemampuan menyimak merupakan kemampuan yang pasif-reseptif, sebagaimana halnya kemampuan memahami bacaan. Tentu saja hal itu tidak berarti, bahwa dalam menyimak atau mendengarkan, seseorang sepenuhnya pasif, dan tidak melakukan atau mengalami suatu proses yang aktif. Menyimak pada dasarnya bersifat pasif-reseptif, dalam arti bahwa-inisiatif untuk berkomunikasi tidak semata-mata berasal dari dirinya, melainkan dari orang lain. Sikap dan tindakan yang diharapkan dari seorang pendengar yang diajak berkomunikasi, terutama adalah mendengarkan dan memahami apa yang didengamya. Kegiatan untuk mendengarkan dan memahami ungkapan orang lain itulah yang membuat kegiatan menyimak sebagai pertama-tama bersifat pasif-reseptif. Tentu saja mendengar dan memahami ungkapan orang lain itu tidak sepenuhnya pasif. Pemahaman yang utuh dan tepat hanya dapat terjadi apabila pendengar secara aktif memproses apa yang didengamya itu secara linguistik dan intelektual dalam dirinya. Namun semua itu dilakukan sebagai akibat dari tanggapan terhadap ungkapan seorang pembicara. Dengan demikian perbedaan kemampuan berbahasa aktif-produktif dan pasif-reseptif itu didasarkan atas prakarsa untuk terjadinya komunikasi dalam bentuk penggunaan bahasa. Dalam pengertian itu, kegiatan menyimak yang tujuan utamanya adalah pemahaman penggunaan bahasa lisan, mengandalkan pada kemampuan menyimak yang bersifat pasif-reseptif. Alasan lain adanya kenyataan bahwa menyimak dapat ditutupi dengan menganggukkan kepala atau berpura-pura mengerti. Sebagai suatu keterampilan, menyimak merupakan ketetampilan yang harus dimiliki semua orang agar dapat memahami bahasa yang digunakan orang lain secara lisan. Tanpa kemampuan menyimak secara baik dimungkinkan terjadi kesalahpahaman dalam komunikasi antara sesama pemakai bahasa yang dapat menyebabkan berbagai hambatan dalam pelaksanaan tugas dan kegiatan sehari-hari. Oleh karena itu kemampuan menyimak merupakan bagian yang penting dan tidak dapat diabaikan dalam pengajaran bahasa, terutama bila tujuan penyelenggaraannya adalah penguasaan kemampuan berbahasa selengkapnya. A. Pengertian dan Definisi Menyimak memiliki makna mendengarkan atau memperhatikan baik-baik apa yang dikatakan orang lain. Jelas faktor kesengajaan dalam kegiatan menyimak cukup besar, lebih besar daripada mendengarkan karena dalam kegiatan menyimak ada usaha memahami apa yang disimaknya sedangkan dalam kegiatan mendengarkan tingkatan pemahaman belum dilakukan. Dalam kegiatan menyimak bunyi bahasa yang tertangkap oleh alat pendengar lalu diidentifakasi, dikelompokkan menjadi suku kata, kata, frase, klausa, kalimat, dan akhirnya menjadi wacana (Sutari, dkk.1997:17). Tarigan (1983:19) menyatakan bahwa menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi, serta memahami makna komunikasi yang tidak disampaikan oleh sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan. Pengertian menyimak menurut Akhadiah (dalam Sutari, dkk.1997:19) adalah suatu proses yang mencakup kegiatan memdengarkan bunyi bahasa, mengidentifakasi, menginterpretasikan, dan mereaksi atas makna yang terkandung di dalamnya. Menyimak adalah salah satu keterampilan yang dibutuhkan oleh seorang fasilitator. Menyimak bukanlah hanya mendengarkan sesuatu yang 8220masuk kuping kiri keluar kuping kanan8221 atau sebaliknya. Menyimak adalah mendengar untuk memahami apa yang dikatakan orang lain dengan proses serius yang tidak bisa dilakukan hanya dengan mengandalkan kebiasaan, refleks maupun insting. (Adnan, jejakkelana. wordpress). Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa menyimak adalah mendengarkan lambang-lambang bunyi yang dilakukan dengan sengaja dan penuh perhatian disertai pemahaman, apresiasi, interpretasi, reaksi, dan evaluasi untuk memperoleh pesan, informasi, menangkap isi, dan merespon makna yang terkandung di dalamnya. Dalam kehidupan sehari-hari kegiatan menyimak tak pernah terlewati. Secara sadar atau tidak sadar perbuatan menyimak yang dilakukan mempunyai tujuan tertentu. Menyimak dilakukan untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan, dan memahami komunikasi. Menyimak pada hakikatnya adalah mendengarkan atau memahami bahan simakan. Karena itu dapatlah disimpulkan bahwa 8220tujuan utama menyimak adalah menangkap, memahami, atau menghayati pesan, ide, gagasan yang tersirat dalam bahan simakan8221 (Tarigan, 1991:4). Kalau ada orang bertanya: 8220Apa fungsi menyimak bagi Anda8221 maka secara praktis kita dapat memberi jawaban, antara lain: 1. Saya menyimak untuk memperoleh informasi yang ada hubungan atau sangkut-pautnya dengan pekerjaan atau profesi saya. 2. Saya menyimak agar saya menjadi lebih efektif dalam hubungan-hubungan antarpribadi dalam kehidupan sehari-hari di rumah, di tempat kerja, dan dalam kehidupan masyarakat. 3. Saya menyimak untuk mengumpulkan data agar saya dapat membuat keputusan-keputusan yang masuk akal. 4. Saya menyimak agar dapat memberikan responsi yang tepat terhadap segala sesuatu yang saya dengar (Hunt dalam Tarigan, 1987:55). Memang, tujuan orang untuk menyimak sesuatu itu beraneka ragam, antara lain: 1. Ada orang yang menyimak dengan tujuan utama agar dapat memperoleh pengetahuan dari bahan ujaran sang pembicara dengan perkataan lain, menyimak untuk belajar. 2. Ada orang yang menyimak dengan penekanan pada penikmatan terhadap sesuatu dari materi yang diujarkan atau diperdengarkan atau dipergelarkan (terutama sekali dalam bidang seni) pendeknya dia menyimak untuk menikmati keindahan audio maupun visual (audiovisual). 3. Ada orang yang menyimak dengan maksud agar dapat menilai apa-apa yang disimak itu (baik-buruk, indah-jelek, tepat-ngawur, logis-tak logis, dan lain-lain) singkatnya, menyimak untuk mengevaluasi. 4. Ada orang menyimak agar dapat menikmati serta menghargai apa-apa yang disimak itu (misalnya: pembaca cerita, pembacaan puisi, musik dan lagu, dialog, diskusi panel, perdebatan) pendek kata, orang itu menyimak untuk mengapresiasi materi simakan. 5. Ada orang yang menyimak dengan maksud agar dapat mengkomunikasikan ide-ide, gagasan-gagasan, maupun perasaan-perasaannya kepada orang lain dengan lancar dan tepat. Banyak contoh dan ide yang dapat diperoleh dari sang pembicara dan semua ini merupakan bahan penting untuk menunjang dalam mengkomunikasikan ide-idenya sendiri. 6. Ada pula orang yang menyimak dengan maksud dan tujuan agar dapat membedakan bunyi-bunyi dengan tepat mana bunyi yang membedakan arti (distingtif) mana bunyi yang tidak membedakan arti biasanya ini terlihat nyata pada seseorang yang sedang belajar bahasa asing yang asyik mendengarkan ujaran pembicara asli (native speaker). 7. Ada lagi orang yang menyimak dengan maksud agar dapat memecahkan masalah secara kreatif dan analisis, sebab dari sang pembicara mungkin memperoleh banyak masukan berharga. 8. Selanjutnya ada lagi orang yang tekun menyimak sang pembicara untuk meyakinkan dirinya terhadap suatu masalah atau pendapat yang selama ini diragukan dengan perkataan lain, dia menyimak secara persuasive (Logan dan Shrope dalam Tarigan, 1987:56). Menurut Sutari (1997:22), tujuan menyimak adalah. (1) mendapatkan fakta (2) menganalisis fakta (3) mengevaluasi fakta (4) mendapatkan inspirasi (5) mendapatkan hiburan (6) memperbaiki kemampuan berbicara 1. Untuk mendapatkan fakta Banyak cara yang dapat ditempuh oleh seseorang untuk memperoleh fakta. Cara yang pertama adalah dengan mengadakan eksperimen, penelitian, membaca buku, surat kabar, majalah, dan sebagainya. Cara yang kedua adalah dengan dengan mendengarkan radio, melihat televise, berdiskusi, menghadiri seminar, dan sebagainya. Dari uraian di atas, maka menyimak merupakan suatu media untuk mendapatkan fakta dan informasi. 2. Untuk menganalisis fakta Proses menganalisis fakta adalah proses menaksir kata-kata atau informasi sampai pada tingkat unsur-unsurnya dan menaksir sebab akibat yang terkandung dalam fakta-fakta tersebut. 3. Untuk mengevaluasi fakta Setelah menganalisis fakta, dalam benak penyimak yang kritis akan muncul beberapa pertanyaan sehubungan dengan hasil analisisnya terhadap suatu bahan simakan. Dalam mengevaluasi fakta, penyimak perlu mempertimbangkan bahan simakan dengan menggunakan segala pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya. 4. Untuk mendapatkan inspirasi Dalam kehidupan sehari-hari, manusia sering dihadapkan pada beberapa masalah dalam hidup mereka. Kadang-kadang, kegiatan menyimak dapat dilakukan untuk menyelesaikan masalah-masalah tersebut dengan cara mencari inspirasi. Kegiatan menyimak yang dapat menimbulkan inspirasi adalah seperti menyimak pengajian, seminar, dan sebagainya. 5. Untuk mendapatkan hiburan Pada dasrnya, manusia dalam hidup ini memerlukan hiburan Hiburan dapat diperoleh melalui berbagai kegiatan, salah satunya adalah kegiatan menyimak. Manusia jaman sekarang sering menyimak radio, televisi, film, dan sebagainya untuk memperoleh hiburan. Seorang pembicara yang baik harus mampu menciptakan suatu suasana yang gembira dan menyenangkan. Hal ini akan membantu pembicara dalam mencapai tujuannya, yaitu menyampaikan materi agar dapat diterima dengan baik karena akan merangsang penyimak lebih berminat dan memperhatikan materi yang sedang disampaikan. 6. Memperbaiki kemampuan berbicara Tujuan menyimak yang terakhir adalah memperbaiki kemampuan berbicara. Dengan menyimak pembicaraan yang terpilih, kita dapat memperbaiki kemampuan berbicara. Hal ini sering digunakan dalam pengajaran bahasa asing, karena dengan menyimak penutur asli, maka penyimak akan dapat memperbaiki kesalahan-kesalahannya dalam pengucapan kata-kata asing. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya tujuan menyimak dapat dipandang dari berbagai segi, yaitu: 1. Menyimak bertujuan untuk belajar 2. Menyimak bertujuan untuk menikmati 3. Menyimak bertujuan untuk mengevaluasi 4. Menyimak bertujuan untuk mengapresiasi 5. Menyimak bertujuan untuk mengkomunikasikan ide-ide 6. Menyimak bertujuan untuk membedakan bunyi-bunyi 7. Menyimak bertujuan untuk memecahkan masalah 8. Menyimak bertujuan untuk meyakinkan Seperti yang diketahui bahwa tujuan menyimak adalah untuk memperoleh informasi, menangkap isi, serta memahami makna komunikasi yang hendak disampaikan sang pembicara melalui ujaran. Inilah yang merupakan tujuan umum. Di samping tujuan umum itu terdapat pula berbagai tujuan khusus, yang menyebabkan adanya aneka ragam menyimak, yaitu: 1. Menyimak Ekstensif, yang terdiri atas menyimak sosial, menyimak sekunder, menyimak estetik, dan menyimak pasif. 2. Menyimak Intensif, yang terdiri atas menyimak kritis, menyimak konsentratif, menyimak kreatif, menyimak eksplorasif, menyimak interogatif, dan menyimak selektif (Tarigan, 1987:35). Menyimak Ekstensif Menyimak ekstensif (extensive listening) adalah sejenis kegiatan menyimak mengenai hal-hal yang lebih umum dan lebih bebas terhadap suatu ujaran, tidak perlu di bawah bimbingan langsung dari seorang guru (Tarigan, 1987:35-36). Penggunaan yang paling dasar adalah untuk menangkap atau mengingat kembali bahan yang telah dikenal atau diketahui dalam suatu lingkungan baru dengan cara baru. Keuntungan mengingatkan bahan lama kepada para siswa, bahwa mereka melihat hal itu secara wajar dalam lingkungan yang asli dan alamiah, bukan hanya sekedar dalam hubungan kelas, tempat pertama kali disajikan secara formal. Yang termasuk kelompok menyimak ekstensif sebagai berikut. 1. Menyimak Sosial Menyimak Sosial (social listening) atau menyimak konversasional (conversational listening) ataupun menyimak sopan (courtreous listening) biasanya berlangsung dalam situasi-situasi sosial tempat orang-orang mengobrol atau bercengkrama mengenai hal-hal yang menarik perhatian semua orang yang hadir dan saling mendengarkan satu sama lain untuk membuat responsi-responsi yang wajar, mengikuti hal-hal yang menarik, dan memperlihatkan perhatian yang wajar terhadap apa-apa yang dikemukakan (Dawson dalam Tarigan,1987:37). Dapat dikemukakan bahwa menyimak sosial paling sedikit mencakup dua hal, yaitu menyimak secara sopan santun dan penuh perhatian terhadap percakapan dan menyimak serta memahami peranan-peranan pembicara dalam proses komunikasi. 2. Menyimak Sekunder Tarigan (1987:38) menyatakan bahwa 8220menyimak sekunder (secondary listening) adalah sejenis kegiatan menyimak secara kebetulan (casual listening) dan secara ekstensif (extensive listening).8221 Menyimak ini lebih bersifat umum tanpa ada bimbingan. Apa yang didengar oleh penyimak bukan menjadi tujuan utama. Salah satu contoh, bila menikmati musik sementara ikut berpartisipasi dalam kegiatan menulis atau melukis. 3. Menyimak Estetik Menyimak estetik (aesthetic listening) atau menyimak apresiatif (appreciational listening) adalah fase terakhir dari kegiatan menyimak kebetulan dan termasuk ke dalam menyimak ekstensif (Tarigan, 1987:38). Menyimak estetik mencakup menyimak musik, puisi, menikmati cerita, teka-teki yang dapat mengapresiasikan terhadap suatu hal tertentu. Menyimak estetik bertujuan untuk siswa agar dapat menyimak musik, puisi, dan drama. Sehingga dapat menikmati dan mengapresiasikan cerita-ceritanya dalam lakon-lakon yang dibacakan atau diceritakan oleh guru atau siswa. 4. Menyimak pasif Menyimak pasif (passive listening) adalah penyerapan suatu ajaran tanpa upaya sadar yang biasanya menandai upaya-upaya pada saat belajar dengan kurang teliti, tergesa-gesa, menghapal luar kepala, berlatih santai, serta menguasai sesuatu bahasa. Untuk melakukan hal ini, perlu mempergunakan teknik-teknik tertentu yang bermanfaat, antara lain: 1) Berilah otak dan telinga kesempatan menyimak banyak-banyak. 2) Tenang dan santai. 3) Jangan memasang rintangan bagi bunyi. 4) Berikanlah waktu yang cukup bagi telinga dan otak. 5) Beri kesempatan bagi otak dan telinga bekerja, sementara mengerjakan sesuatu yang lain (Nida dalam Tarigan, 1987:39-40) Menyimak Intensif Tarigan (1987:40) menyatakan bahwa 8220menyimak intensif diarahkan pada suatu kegiatan yang jauh lebih diawasi, dikontrol terhadap satu hal tertentu.8221 Dalam kegiatan ini diperlukan pengarahan dari guru. Salah satu cara yang sederhana untuk melatih tipe menyimak seperti ini adalah menyuruh siswa menyimak tanpa memberi teks tertulis sekali atau dua kali, misalnya teks mengenai suatu paragraf yang mengandung beberapa penghubung kalimat. Tugas siswa adalah mengisinya tanpa menyimak rekaman lagi. Kemudian memberikan teks tertulis dengan mengosongkan tempat penghubung-penghubung kalimat itu berada. Tugas siswa adalah mengisinya tanpa menyimak rekaman lagi. Mungkin dalam kegiatan menyimak intensif, dapat dikatakan sebagai kegiatan menyimak atau mendengarkan dengan sempurna, tetapi belum tentu memahami maknanya. Oleh karena menyimak makna merupakan suatu keterampilan penting untuk dikembangkan, haruslah disadari benar-benar isi yang terkandung sebenarnya dari pesan tersebut dan berada dalam jangkauan intlektual dan kedewasaan siswa. Menurut Kamidjan dan Suyono (dalam Depdiknas 2005:41), ada beberapa ciri yang harus diperhatikan dalam menyimak intensif. Ciri-ciri menyimak intensif tersebut adalah sebagai berikut. Menyimak intensif adalah menyimak pemahaman Pemahaman adalah suatu aspek pikiran tentang suatu objek. Pemahaman merupakan hasil dari proses memahami terhadap suatu bahan simakan. Siswa dapat dikatakan memahami suatu objek, jika ia telah menguasai seluruh objek tersebut. Pada dasarnya orang melakukan kegiatan menyimak intensif bertujuan memahami makna bahan yang disimak dengan baik. Hal ini berbeda dengan menyimak ekstensif yang lebih menekankan pada hiburan, kontak sosial, dan sebagainya. Prioritas utama dalam menyimak intensif adalah memahami makna pembicaraan. Menyimak intensif memerlukan konsentrasi tinggi Konsentrasi adalah memusatkan semua perhatian baik pikiran, perasaan, ingatan, dan sebagainya kepada satu objek. Dalam menyimak intensif diperlukan pemusatan pikiran terhadap bahan yang disimak. Agar dalam menyimak dapat melakukan konsentrasi yang tinggi, maka perlu dilakukan beberapa cara antara lain. (a) menjaga pikiran agar tidak terpecah, (b) perasaan tenang dan tidak bergejolak, (c) perhatian terpusat pada objek yang sedang disimak, (d) penyimak harus mampu menghindari berbagai hal-hal yang dapat mengganggu kegiatan menyimak, baik internal maupun eksternal. Menyimak intensif adalah memahami bahasa formal Bahasa formal adalah bahasa yang digunakan dalam situasi formal (resmi), misalnya ceramah, diskusi, temu ilmiah, seminar, dan sebagainya. Bahasa yang digunakan pada kegiatan tersebut adalah bahasa resmi atau bahasa bahasa baku yang lebih menekankan pada makna. Menymak intensif diakhiri dengan reproduksi bahan simakan Reproduksi dilakukan setelah menyimak. Fungsi reproduksi antara lain. (a) mengukur kemampuan integrative antara menyimak dengan berbicara, (b) untuk mengukur kemampuan integratif antara menyimak dengan berbicara, (c) mengetahui kemampuan daya serap siswa, dan (d) untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa tentang bahan yang telah disimak. Jenis-jenis menyimak yang termasuk ke dalam kelompok menyimak intensif sebagai berikut. 1. Menyimak Kritis Menyimak kritis (critical listening) adalah 8220sejenis kegiatan menyimak untuk mencari kesalahan atau kekeliruan bahkan juga butir-butir yang baik dan benar dari ujaran seorang pembicara, dengan alasan-alasan yang kuat yang dapat diterima oleh akal sehat8221 (Tarigan, 1987:42). Menyimak kritis lebih cendrung meneliti letak kekurangan dan kekeliruan dalam pembicaraan seseorang karena dalam menyimak secara kritis, segala ucapan atau informasi lisan yang disimak untuk memproleh suatu kebenaran. 2. Menyimak Konsentratif Menyimak konsentratif (concentrative listening) sering juga disebut a study-type listening atau menyimak yang merupakan sejenis telaah. Kegiatan-kegiatan yang tercakup dalam menyimak konsentratif ini adalah: 1) Mengikuti petunjuk yang terdapat dalam pembicaraan. 2) Mencari dan merasakan hubungan-hubungan seperti kelas, tempat, kualitas, waktu, urutan serta sebab-akibat. 3) Mendapatkan atau memperoleh butir-butir informasi tertentu. 4) Memperoleh pemahaman dan pengertian yang mendalam. 5) Merasakan serta menghayati ide-ide sang pembicara, sasaran maupun pengorganisasiannya. 6) Memahami urutan ide-ide sang pembicara. 7) Mencari dan mencatat fakta-fakta penting (Anderson dan Dawson dalam Tarigan, 1987: 45). 3. Menyimak Kreatif Menyimak kreatif (creative listening) merupakan kegiatan menyimak yang dapat mengakibatkan kesenangan rekonstruksi imajinatif para penyimak terhadap bunyi, penglihatan, gerakan, serta perasaan-perasaan yang menggambarkan keindahan yang dirangsang oleh apa-apa yang disimaknya (Dawson dalam Tarigan, 1987: 46). 4. Menyimak Eksplorasif Tarigan (1987:47) menyatakan bahwa 8220menyimak eksplorasif (exploratory listening) adalah sejenis kegiatan menyimak intensif dengan maksud dan tujuan menyelidiki sesuatu lebih terarah dan lebih sempit.8221 Dalam menyimak seperti ini sang penyimak menyiagakan perhatiannya untuk menjalani serta menemukan hal-hal yang menarik sebagai informasi tambahan mengenai suatu topik. 5. Menyimak Interogatif Tarigan menyatakan pengertian mengenai menyimak interogatif sebagai berikut. Menyimak interogatif (interrogative listening) adalah sejenis kegiatan menyimak intensif yang menuntut lebih banyak konsentrasi dan seleksi, pemusatan perhatian dan pemilihan butir-butir dari ujaran sang pembicara, karena sang penyimak akan mengajukan banyak pertanyaan (1987:48). Dalam kegiatan menyimak interogatif ini sang penyimak mempersempit serta mengarahkan perhatiannya pada pemerolehan informasi dengan cara mengintrogasi atau menanyai sang pembicara. 6. Menyimak Selektif Merdhana (1987:32) menyatakan bahwa 8220menyimak selektif (selective listening) adalah menyimak suatu wacana yang disertai dengan seleksi tertentu terhadap kebahasaannya di samping terhadap isi pesan itu.8221 Dalam menyimak selektif penyimak mungkin berhadapan dengan pesan-pesan yang tidak perlu. Tahap-Tahap Dalam Menyimak Dalam kegiatan menyimak, proses menyimak dilakukan secara bertahap. Tahap-tahap ini sangat mempengaruhi hasil menyimak yang tujuan akhirnya adalah apakah si penyimak memahami apa yang telah disampaikan. Berikut ini adalah tahap-tahap dalam menyimak : Tahap mendengar, yaitu proses yang dilakukan dalam pembicaraan baru pada tahap mendengar atau berada dalam tahap hearing. Tahap memahami. Setelah proses mendengarkan pembicaraan yang disampaikan maka isi pembicaraan tadi perlu untuk dimengerti atau dipahami dengan baik. Tahap ini disebut tahap understanding. Tahap menginterpretasi. Penyimak yang baik, cermat, dan teliti belum puas kalau hanya mendengar dan memahami isi ujaran sang pembicara tetapi ada keinginan untuk menafsirkan atau menginterpretasikan isi yang tersirat dalam ujaran, tahap ini sudah sampai pada tahap interpreting. Tahap mengevaluasi, yaitu merupakan tahap terakhir dalam kegiatan menyimak. Dalam tahap ini, penyimak menanggapi isi dari pembicaraan setelah menerima gagasan, ide, dan pendapat yang disampaikan oleh pembicara. Menurut Strickland (dalam Tarigan 1984:20-21), Terdapat 9 tahap menyimak yang secara berurutan mulai dari yang tidak berketentuan sampai kepada yang amat bersungguh-sungguh. Tahap-tahap tesebut adalah sebagai berikut : a) menyimak secara sadar yang bersifat berkala hanya terjadi pada saat-saat sang anak merasakan keterlibatan langsung dalam pembicaraan mengenai dirinya b) selingan-selingan atau gangguan-gangguan yang sering terjadi sebaik dia mendengarkan secara intensional (disengaja) tetapi yang bersifat dangkal (superficial) c) setengah mendengarkan sementara dia menunggu kesempatan untuk mengekspresikan isi hatinya, mengutarakan apa yang terpendam dalam hatinya d) penyerapan, absorpsi, keasyikan yang nyata selama resepsi atau penangkapan pasif yang sesungguhnya e) menyimak sekali-sekali, menyimpan sebentar-sebentar di mana perhatian yang seksama bergantian dengan keasyikan, dengan ide-ide yang dibawa oleh kata-kata sang pembicara ke dalam hati dan pikiran f) menyimak asosiatif di mana pengalaman-pengalaman pribadi secara konstan diingat sehingga si penyimak benar-benar tidak memberikan reaksi terhadap pesan yang disampaikan oleh si pembaca g) reaksi berkala terhadap pembicara dengan membuat komentar atau mengajukan pertanyaan h) menyimak secara seksama dan sungguh-sungguh mengikuti jalan pikiran sang pembicara danmenyimak secara aktif mendapatkan serta menemukan pikiran dan pendapat sang pembicara. Manfaat Menyimak Menurut Setiawan (dalam Suci 2007:20-21), manfaat menyimak adalah sebagai berikut : Menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman hidup yang berharga bagi kemanusiaan sebab menyimak memiliki nilai informatif yaitu memberikan masukan-masukan tertentu yang menjadikan kita lebih berpengalaman. Meningkatkan intelektualitas serta memperdalam penghayatan keilmuan dan khasanah ilmu kita. Memperkaya kosakata kita, menambah perbendaharaan ungkapan yang tepat, bermutu, dan puitis. Orang yang banyak menyimak komunikasinya menjadi lebih lancar dan kata-kata yang digunakan menjadi lebih variatif. Memperluas wawasan, meningkatkan penghayatan hidup, serta membina sifat terbuka dan objektif. Meningkatkan kepekaan dan kepedulian sosial. Meningkatkan citra artistik jika yang kita simak itu merupakan bahan simakan yang isinya halus dan bahasanya indah. Banyak menyimak dapat menumbuh suburkan sikap apresiatif, sikap menghargai karya atau pendapat orang lain dalam kehidupan serta meningkatkan selera estetis kita. Menggugah kreatifitas dan semangat mencipta kita untuk menghasilkan ujaran-ujaran dan tulisan-tulisan yang berjati diri. Jika banyak menyimak, kita akan mendapatkan ide-ide yang cemerlang dan segar serta pengalaman hidup yang berharga. Semua itu akan mendorong kita untuk giat berkarya dan kreatif. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Menyimak Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam proses kegiatan menyimak, yaitu: (1) sikap, (2) motivasi, (3) pribadi, (4) sistuasi kehidupan, dan (5) peranan dalam masyarakat (Hunt dalam Tarigan, 1987:97). Pakar lain mengemukakan hal-hal yang merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi menyimak: (1) pengalaman, (2) pembawaan, (3) sikap atau pendirian, (4) motivasi, daya penggerak, prayojana, dan (5) perbedaan jenis kelamin atau seks (Webb dalam Tarigan, 1987:97). Di samping itu, ada pula pakar yang mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi menyimak, yaitu: (1) faktor lingkungan, yang terdiri dari lingkungan fisik dan lingkungan sosial, (2) faktor fisik, (3) faktor psikologis, dan (4) faktor pengalaman (Logan dalam Tarigan, 1987:97-98). Berdasarkan ketiga sumber mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi menyimak, ketiga sumber tersebut mempunyai perbedaan dan persamaan. Setelah dibandingkan sumber tersebut, dapat dikatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi dalam proses kegiatan menyimak adalah: (1) faktor fisik, (2) faktor psikologis, (3) faktor pengalaman, (4) faktor sikap, (5) faktor motivasi, (6) faktor jenis kelamin, (7) faktor lingkungan, dan (8) faktor peranan dalam masyarakat. 1) Faktor Fisik Kondisi fisik seorang penyimak merupakan faktor penting yang turut menentukan keefektifan serta kualitas dalam menyimak. Misalnya, ada orang yang sukar sekali mendengar. Dalam keadaan seperti itu, mungkin saja dia terganggu atau kehilangan ide-ide pokok seluruhnya. Juga secara fisik dia berada jauh di bawah ukuran gizi yang normal, sangat lelah, serta tingkah polahnya tidak karuan. Kesehatan serta kesejahteraan fisik merupakan modal penting dalam melakukan kegiatan menyimak. Lingkungan fisik juga mempengaruhi dalam menyimak, seperti ruangan terlalu panas, lembab atau terlalu dingin, dan suara bising dapat mengganggu orang yang sedang melakukan kegiatan menyimak. 2) Faktor Psikologis Tarigan (1987:100) menyebutkan bahwa faktor-faktor psikologis dalam menyimak mencakup masalah-masalah: 1) prasangka dan kurangnya simpati terhadap para pembicara dengan aneka sebab dan alasan 2) keegosentrisan dan keasyikan terhadap minat pribadi serta masalah pribadi 3) kepicikan yang menyebabkan pandangan yang kurang luas 4) kebosanan dan kejenuhan yang menyebabkan tiadanya perhatian sama sekali pada pokok pembicaraan 5) sikap yang tidak layak terhadap sekolah, terhadap guru, terhadap pokok pembicaraan, atau terhadap sang pembicara. 3) Faktor Pengalaman Latar belakang pengalaman merupakan suatu faktor penting dalam menyimak. Kurangnya minat dalam menyimak merupakan akibat dari kurangnya pengalaman dalam bidang yang akan disimak tersebut. Sikap-sikap yang menentang dan bermusuhan timbul dari pengalaman yang tidak menyenangkan. Misalnya, siswa tidak akan 8220mendengar8221 ide-ide yang berada di luar jangkauan pengertian serta pemahaman mereka. 4) Faktor Sikap Setiap orang akan cenderung menyimak secara seksama pada topik-topik atau pokok-pokok pembicaraan yang dapat disetujui dibanding dengan yang kurang atau tidak disetujuinya. Pada dasarnya manusia hidup mempunyai dua sikap utama mengenai segala hal, yaitu sikap menerima dan sikap menolak. Orang akan bersikap menerima pada hal-hal yang menarik dan menguntungkan baginya, tetapi bersikap menolak pada hal-hal yang tidak menarik dan tidak menguntungkan baginya. 5) Faktor Motivasi 8220Motivasi merupakan salah satu butir penentu keberhasilan seseorang. Kalau motivasi kuat untuk mengerjakan sesuatu maka dapat diharapkan orang itu akan berhasil mencapai tujuan8221 (Tarigan, 1987:103). Dorongan dan tekad diperlukan dalam mengerjakan segala sesuatu. Dalam mengutarakan maksud dan tujuan yang hendak dicapai, bagi seorang guru merupakan suatu bimbingan kepada para siswa untuk menanamkan serta memperbesar motivasi mereka untuk menyimak dengan tekun. 6) Faktor Jenis Kelamin Berdasarkan beberapa penelitian, para pakar menarik kesimpulan bahwa pria dan wanita pada umumnya mempunyai perhatian yang berbeda, dan cara mereka memusatkan perhatian pada sesuatu pun berbeda pula. Silverman dan Webb, misalnya, menemui fakta-fakta bahwa gaya menyimak pria pada umumnya bersifat objektif, aktif, keras hati, analitik, rasional, keras kepala atau tidak mau mundur, menetralkan, intrusif (bersifat mengganggu), dapat menguasaimengendalikan emosi sedangkan gaya menyimak wanita cenderung lebih subjektif, pasif, ramahsimpatik, difusif (menyebar), sensitif, mudah dipengaruhigampang terpengaruh, mudah mengalah, reseptif, bergantung (tidak berdikari), dan emosional (dalam Tarigan, 1987:104). 7) Faktor Lingkungan Faktor lingkungan terdiri atas dua, yaitu lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Dalam lingkungan fisik, ruangan kelas merupakan faktor penting dalam memotivasi kegiatan menyimak, seperti menaruh perhatian pada masalah-masalah dan sarana-sarana akustik, agar siswa dapat mendengar dan menyimak dengan baik tanpa ketegangan dan gangguan. Para guru harus dapat mengatur dan menata letak meja dan kursi sedemikian rupa sehingga memungkinkan setiap siswa mendapat kesempatan yang sama untuk menyimak. Lingkungan sosial juga sangat berpengaruh terhadap keberhasilan siswa dalam menyimak. Anak-anak cepat sekali merasakan suatu suasana dimana mereka didorong untuk mengekspresikan ide-ide mereka, juga cepat mengetahui bahwa sumbangan-sumbangan mereka akan dihargai. Anak-anak yang mempunyai kesempatan untuk didengarkan akan lebih sigap lagi mendengarkan apabila seseorang mempunyai kesempatan berbicara. Jadi, suasana dimana guru merencanakan pengalaman-pengalaman yang memungkinkan anak-anak dapat memanfaatkan situasi ruangan kelas untuk meningkatkan keterampilan berkomunikasi mereka. 8) Faktor Peranan dalam Masyarakat Tarigan (1987:107) menyatakan bahwa 8220banyak berjalan banyak dilihat banyak disimak banyak diserap banyak pengatahuan.8221 Kemauan menyimak dapat dipengaruhi oleh peranan dalam masyarakat. Sebagai guru dan pendidik, dipandang perlu untuk menyimak ceramah, kuliah atau siaran-siaran radio dan televisi yang berhubungan dengan masalah pendidikan dan pengajaran. Sebagai seorang mahasiswa, diharapkan dapat menyimak lebih seksama dan penuh perhatian daripada sebagai karyawan harian pada sebuah perusahaan setempat. Jelaslah betapa pentingnya faktor peranan dalam masyarakat bagi peningkatan menyimak. Kendala Yang Menghambat Menyimak Hambatan dan kendala dalam menyimak banyak dipengaruhi oleh kebiasaan-kebiasan jelek. Seperti menyimak lompat tiga, maksudnya perhatian penyimak melompat-lompat karena kecepatan berpikir menyimak kurang lebih 400 kata per menit sedangkan kecepatan berbicara hanya kurang lebih 200 kata per menit. Selain itu, menyimak daku dapat fakta, maksudnya penyimak berusaha menangkap satu dua fakta dan kehilangan fakta lainnya, sehingga penyimak tidak dapat bernalar dengan baik. Hambatan juga terjadi karena sering mengungkapkan penolakan secara gegabah terhadap sesuatu objek sebagian tidak menarik perhatian, menyimak dengan pensil dan kertas di tangan, menyimak penjelasan-penjelasan yang sulit dicerna, melakukan kegiatan perhatian dengan berpura-pura. Kendala lain adalah faktor psikologi, selalu berprasangka dan kurang simpati terhadap pembicara, kegosentrian serta masalah-masalah pribadi, kurang luasd pandangan. Juga yang tak kalah pentingnya adalah faktor motivasi, ini berkaitan dengan pribadi seseorang. Keegosentrisan Sifat mementingkan diri sendiri (egois) mungkin saja merupakan cara hidup bagi sebagian orang. Orang yang egois tidak akan bergaul dalam masyarakat dengan baik. Dia lebih senang didengar oleh orang daripada mendengarkan pendapat orang lain. Sifat seperti ini merupakan kendala dalam menyimak. Keengganan ikut terlibat Keengganan menanggung resiko, jelas menghalangi kegiatan menyimak karena menyimak adalah salah satu kegiatan yang mau tidak mau harus melibatkan diri dengan sang pembicara. Bagaimana seseorang dapat menjadi penyimak yang baik kalau dia enggan atau tidak mau melibatkan dirinya dengan pembicara dan para penyimak lainnya. Keengganan ikut terlibat dengan orang lain memang merupakan suatu kendala dalam kegiatan menyimak yang efektif. Ketakutan akan perubahan Perubahan dapat saja terjadi, tetapi perubahan yang kita harapkan adalah perubahan yang membawa keinginan. Orang yang takut akan perubahan, takkan bisa menjadi penyimak yang efektif. Apabila ingin menjadi seorang penyimak yang baik, jangan takut dan harus rela mengubah pendapat, bila perlu harus berani mengubah dan menukar pendapat sendiri kalau memang ada pendapat atau gagasan partisipan lainnya yang lebih unggul dan lebih dapat diandalkan. Orang yang takut akan perubahan tidak akan dapat mengalami kemajuan, karena dia sendiri hidup dalam suasana yang selalu berubah. Keinginan menghindari perrtanyaan Malu bertanya, sesat di jalan. Jika isi peribahasa ini kita pahami benar-benar, maka tidak akan ada alas an bagi kita untuk menghindari atau tidak mau menjawab pertanyaan orang lain. Dapat memberikan jawaban dan penjelasan atas pertanyaan orang lain, berarti kita telah membantu dia. Keinginan menghindari pertanyaan, dengan alas an takut nanti jawaban yang diberikan akan memalukan, jelas merupakan kendala dalam kegiatan diskusi, kegiatan berbicara, dan kegiatan menyimak. Kondisi internal ini harus diperbaiki kalau memang kita ingi menjadi penyimak yang efektif. Puas terhadap penampilan eksternal Pada saat kita mengemukakan suatu pendapat, kita melihat partisipan mengangguk-anggukkan kepala sambil tersenyum. Kalau kita terus merasa puas dengan tanda simpatik dan pengertian seperti itu, maka kita akan gagal menyimak lebih intensif lagi untuk kalau pengertian itu memang benar-benar wajar. Orang yang cepat merasa puas telah mengetahui maksud sang pembicara berarti tergolong penyimak yang tidak baik. Sifat lekas merasa puas terhadap penampilan eksternal, jelas merupakan suatu kendala atau rintangan dalam kegiatan menyimak efektif. Pertimbangan yang prematur Kalau ada sesuatau yang prematur, maka itu merupakan sesuatu yang tidak wajar. Segala sesuatu yang akan diutarakan para pembicara telah diketahui oleh penyimak yang mempunyai pertimbangan dan keputusan yang prematur. Ini adalah contoh penyimak yang jelek, dan sifat seperti ini justru menghalanginya untuk menjadi seorang penyimak yang afektif. Kebingungan semantik Makna suatu kata tergantung kepada individu yang memakainya dalam situasi tertentu dan waktu yang tertentu juga. Kalau seorang penyimak yang tidak memahami hal ini, maka dia akan kebingungan dalam mengartikan kata-kata yang dipakai oleh sang pembicara. Kebingungan semantik ini jelas merupakan kendala serius bagi seorang penyimak. Bagaimana mungkin seseorang menyimak dengan baik, dapat menangkap, menyerap, memahami, apalagi menguasai isi ujaran, kalau dia tidak memahami makna kata-kata atau wacana yang dipergunakan oleh sang pembicara. Seseorang yang ingin menjadi penyimak yang efektif harus mempunyai kosa kata yang memadai. Cara Meningkatkan Keterampilan Menyimak Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam meningkatkan keterampilan menyimak seperti berikut ini: (1) bersikaplah secara positif (2) bertindak responsif (3) cegahlah gangguan-gangguan (4) simaklah dan ungkaplah maksud pembicara (5) carilah tanda-tanda yang akan datang (6) carilah rangkuman pembicaraan terlebih dahulu (7) nilailah bahan-bahan penunjang dan (8) carilah petunjuk-petunjuk nonverbal. Prinsip-prinsip Peningkatan Kemampuan Menyimak Ada perbedaan dalam gaya belajar dari setiap jenis pembelajar. Semua gaya belajar memuat strategi-strategi belajar dan menggambarkan prinsip-prinsip belajar. Dari gambaran ini dan berdasarkan pengembangan keterampilan berbahasa, dapat ditarik beberapa garis panduan umum: a. Kemampuan menyimak meningkat melalui interaksi tatap muka. Melalui interaksi dalam bahasa Indonesia, pembelajar memiliki kesempatan untuk mendapatkan masukan bahasa yang baru dan kesempatan untuk mengecek kemampuan menyimaknya sendiri. Interaksi tatap muka menyediakan stimulasi untuk meningkatkan kemampuan memaknai bahan simakan. B. Kemampuan menyimak meningkat melalui pemusatan perhatian pada makna dan upaya mempelajari bahan yang penting dan baru dalam bahasa sasaran. C. Kemampuan menyimak meningkat melalui kegiatan pemahaman. Dengan memusatkan perhatian pada tujuan-tujuan khusus menyimak, para pembelajar memiliki kesempatan untuk menilai dan merevisi apa yang telah mereka capai. Kemampuan menyimak meningkat melalui perhatian terhadap kecermatan dan analisis bentuk. Dengan belajar memahami bunyi-bunyi dan kata-kata secara cermat pada saat melakukan aktivitas yang berorientasi pada makna, para pembelajar dapat memperoleh kemajuan. Dengan belajar mendengarkan bunyi-bunyi dan kata-kata secara cermat, mereka memperoleh keyakinan dalam memahami bahan simakan (Rost, 1991: 7). Teknik Pembelajaran Menyimak Untuk meningkatkan pembelajaran keterampilan menyimak dan agar pembelajarannya menarik, ada beberapa teknik yang dapat dilakukan dalam prose belajar mengajar. Teknik-teknik itu, antara lain sebagai berikut: (1) Simak Ulang-Ucap, teknik ini digunakan untuk memperkenalkan bunyi bahasa dengan pengucapan atau lafal yang tepat dan jelas. Guru dapat mengucapkan atau menutur rekaman bunyi bahasa tertentu seperti vonem, kata, idiom, semboyan, kata-kata mutiara, dengan jelas dan intonasi yang tepat. Siswa menirukan. Teknik ini dapat dilakukan secara individual, kelompok, dan klasikal. (2) Identifikasi kata kunci, sasarannya untuk menyimak kalimat yang panjang siswa perlu mencari kalimat intinya. Kalimat inti itu dapat dicari melalui beberapa kata kunci. Kata kunci itulah yang mewakili pengertian kalimat. (3) Parafrase, guru menyiapkan sebuah puisi dan dibacakan atau diperdengarkan. Setelah menyimak siswa diharapkan dapat menceritakan kembali isi puisi tadi dengan kata-katanya sendiri. (4) Merangkum, guru menyiapkan bahan simakan yang cukup panjang. Materi itu disampaikan secara lisan kepada siswa dan siswa menyimak. Setelah selesai menyimak, siswa disuruh membuat rangkuman. (5) Identifikasi kalimat topik, setiap paragraf dalam wacana minimal mengandung dua unsur, yaitu (1) kalimat topik dan (b) kalimat pengembang. Posisi kalimat topik dapat di awal, tengah, dan akhir. Setelah menyimak paragraf siswa disuruh mencari kalimat topiknya. (6) Menjawab pertanyaan, untuk memahami simakan yang agak panjang, guru dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat menggali pemahaman siswa. (7) Bisik berantai, suatu pesan dapat dilakukan secara berantai. Mulai dari guru membisikkan pesan kepada siswa pertama dan dilanjutkan kepada siswa berikutnya sampai siswa terakhir. Siswa yang terakhir harus mengucapkannya dengan nyaring. Tugas guru adalah menilai apakah yang dibisikkan tadi sudah sesuai atau belum. Jika belum sesuai, bisikan dapat diulang, dan jika sudah sesuai bisikan dapat diganti dengan topik yang lain. (8) Menyelesaikan cerita, guru memperdengarkan suatu cerita sampai selesai. Setelah siswa menyimak, guru menyuruh seseorang untuk menceritakan kembali dengan kata-katanya sendiri. Sebelum selesai bercerita, guru menghentikan cerita siswa tadi dan menggantikan dengan cerita itu berakhir seperti yang disimaknya. Ciri-Ciri Penyimak Yang Baik Dalam menyimak kita mengenal cirri-ciri penyimak yang baik. Di bawah ini adalah dua pendapat para ahli tentang ciri penyimak yang baik. Kamidjan dan Suyono (dalam Depdiknas 2002:17) menyatakan bahwa penyimak yang baik adalah penyimak yang memiliki tiga sikap berikut ini. ein. Sikap objektif. Sikap yang objektif adalah pandangan penyimak terhadap bahan simakan. Jika bahan simakan itu baik, ia akan menyatakan baik, demikian pula sebaliknya. Penyimak sebaiknya tidak mudah terpengruh oleh hal-hal di luar kegiatan menyimak, seperti pribadi pembicara, ruang, suasana, sarana, dan prasarana. B. Sikap kooperatif. Sikap kooperatif adalah sikap penyimak yang siap bekerjasama dengan pembicara untuk keberhasilan komunikasi tersebut. Sikap yang bermusuhan atau bertentangan dengan pembicara akan menimbulkan kegagalan dalam menyimak. Jika hal itu terjadi, maka penyimak akan mendapatkan pesan dari pembicara. Sikap yang baik adalah sikap berkooperatif dengan pembicara. C. Bahan simakan. Bahan simakan merupakan unsure terpenting dalam komunikasi lisan, terutama dalam menyimak. Yang dimaksud bahan simakan adalah pesan yang disampaikan pembicara kepada penyimak. Bahan simakan itu dapat berupa konsep, gagasan, dan informasi. Jika pembicara tidak dapat menyampaikan informasi dengan baik, maka pesan itu tidak dapat diserap oleh penyimak. Jika hal itu terjadi, berakibat terjadinya kegagalan dalam komunikasi lisan tersebut. Selanjutnya, Tarigan (1983:4-13) mengatakan bahwa penyimak yang baik itu ada 14 jenis. Siap fisik dan mental. Yaitu penyimak benar-benar menyiapkan diri untuk menyimak, misalnya menjaga kondisi badan yang sehat, tidak lelah, mental stabil, dan pikiran jernih. Konsentrasi. Yaitu dapat memusatkan perhatian dan pikirannya terhadap apa yang disimak. Hal ini dapat membantu untuk menghubungkan bahan yang disimak dengan apa yang diketahuinya. Bermotifasi. Yaitu memiliki tujuan tertentu, misalnya ingin menambah ilmu pengetahuan, ingin mempelajari sesuatu, dan sebagainya. Hal ini dapat membuat penyimak menjadi bersungguh-sungguh dalam menyimak. Objektif. Yaitu selalu tahu apa yang sedang dibicarakan dan sebaiknya selalu menghargai pembicara walaupun pembicara kurang menarik penampilannya atau sudah dikenal oleh penyimak. Menyimak secara utuh. Yaitu penyimak harus menyimak secara keseluruhan. Si penyimak tidak hanya menyimak apa yang ia sukai, tetapi menyimak secara keseluruhan apa yang dibicarakan oleh si pembicara. Selektif. Yaitu memilih bagian yang penting dari bahan simakan. Tidak semua bahan simakan diterimanya brgitu saja, tetapi ia dapat menentukan bagian mana saja yang dianggap penting. Tidak mudah terganggu. Yaitu penyimak harus focus terhadap bahan simakan dan tidak mudah terpengaruh oleh gangguan-gangguan dari luar seperti suara-suara dan sebagainya. Menghargai pembicara. Yaitu tidak boleh menganggap remeh orang lain, dalam hal ini adalah pembicara. Cepat menyesuaikan diri dan kenal arah pembicaraan. Yaitu dengan cepat dapat menebak kemana arah pembicaraan akan berlangsung dan menduga garis besar isi penbicaraan. Tidak emosi. Yaitu penyimak harus dapat mengendalikan emosinya dan tidak mencela pembicara. Kontak dengan pembicara. Yaitu memperhatikan pembicara, memberikan dukungan kepada pembicara melalui mimik, gerak, atau ucapan tertentu. Merangkum. Yaitu dapat menangkap isi pembicaraan atau bahan simakan dengan membuat rangkuman dan menyjikan atau menyampaikannya setelah selesai menyimak. Menilai. Yaitu proses penilaian terhadap materi yang disampaikan. Mengadakan tanggapan. Yaitu mengadakan tanggapan atau reaksi misalnya dengan memberikan applaus maupun memberikan komentar. B. Fungsi Keterampilan Menyimak dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra Jawa Belajar merupakan suatu kegiatan aktif siswa dalam membangun pemahaman terhadap suatu konsep. Pembelajaran merupakan suatu interaksi antara pembelajar, pengajar, dan bahan ajar. Ketercapaian tujuan pembelajaran merupakan suatu keberhasilan dalam menyelenggarakan suatu pendidikan. Agar tercapai tujuan pembelajaran, perlu dicari langkah-langkah yang dapat diterima, baik oleh pengajar maupun oleh pembelajar. Salah satu cara itu adalah diterapkannya metode belajar mengajar yang menyenangkan, terarah, dan dapat dilaksanakan dengan tidak mengurangi esensi pembelajaran. Dalam pembelajaran menyimak, harus dipilih bahan yang baik dan menarik agar siswa tidak merasa bosan dan enggan terhadap materi yang diberikan. Untuk itu, guru harus mempertimbangkan dan memperhatikan hal-hal yang berhubungan dengan bahan yang akan digunakan dalam pembelajaran. Hal-hal tersebut menurut Subyantoro (dalam Dwi,2007:30) adalah keluasan bahan ajar, keterbatasan waktu, perbedaan karakteristik, perkembangan ilmu pengetahuan, tekhnologi, dan seni. Pertama, keluasan bahan ajar. Dalam memilih keluasan bahan ajar, hendaknya disesuaikan dengan kemampuan siswa. Apabila materi yang diberikan oleh guru cocok untuk siswa, maka mereka akan merasa senang dan ini sangat menentukan dalam tercapainya suatu kegiatan belajar mengajar yang baik. Bahan ajar yang dipilih guru dalam pembelajaran menyimak harus menarik dan menyenangkan agar siswa tidak merasa jenuh dan malas untuk menyimak. Apabila bahan yang digunakan digunakan menarik, tentunya siswa akan merasa senang. Selain itu, bahan ajar yang dipilih harus bisa dipahami oleh siswa. Dengan itu siswa tidak akan merasa jenuh karena mengetahui maksud dari bahan ajar yang telah disimaknya. Kedua, keterbatasan waktu. Dalam pembelajaran, waktu yang telah diberikan oleh sekolah biasanya tidak cukup untuk menyelesaikan materi yang akan diajarkan, khususnya menyimak. Untuk itu, guru harus pandai memilih bahan ajar dan menggunakan waktu yang ada sebaik mungkin. Ketiga, Perbedaan karakteristik siswa. Setiap individu pasti mempunyai karakter yang berbeda, baik itu sifat, bakat, maupun minat. Dengan adanya perbedaan itu guru harus bisa memilih materi yang sesuai untuk karakter siswa, sehingga pembelajaran dapat berlangsung dengan baik. Keempat, perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Dalam memilih bahan ajar, guru juga harus menyesuaikan dengan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni agar dapat selaras. Selain itu, siswa juga bisa mendapatkan hal yang baru misalnya tentang teknologi. Semua itu akan membuat siswa merasa tertarik dan senang. Pada hakikatnya, menyimak berarti mendengarkan dan memahami bunyi bahasa. Namun sebelum sampai kepada taraf pemahaman, yang bersangkutan harus menapaki jalan yang berliku-liku. Artinya, yang bersangkutan harus berupaya bersungguh-sungguh. Kenyataan ini membuktikan bahwa menyimak sebenarnya bersifat aktif. Bila perhatian kita hanya berpusat pada aktivitas fisik penyimak selama yang bersangkutan terlibat dalam peristiwa menyimak, maka seolah-olah menyimak memang benar bersifat pasif. Anggapan seperti ini memang pernah dianut orang. Tetapi kini anggapan seperti itu sudah ditinggalkan. Meyimak dianggap bersifat aktif-reseptif. Setiap orang yang terlibat dalam proses menyimak harus menggunakan sejumlah kemampuan. Jumlah kemampuan yang digunakan itu sesuai dengan aktivitas penyimak. Pada saat penyimak menangkap bunyi bahasa, yang bersangkutan harus menggunakan kemampuan memusatkan perhatian. Bunyi yang ditangkap perlu diidentifikasi. Di sini diperlukan kemampuan linguistik. Kembali, bunyi yang sudah diidentifikasi itu harus diidentifikasi dan dipahami maknannya. Dala hal ini penyimak harus menggunakan kemampuan linguistik dan non-linguistik. Makna yang sudah diidentifikasi dan dipahami, makna itu harus pula ditelaah, dikaji, dipertimbangkan, dan dikaitkan dengan pengalaman serta pengetahuan yang dimiliki si penyimak. Pada situasi ini diperlukan kemampuan mengevaluasi. Melalui kegiatan menilai ini, maka si penyimak sampai pada tahap mengambil keputusan apakah dia menerima, meragukan, atau menolak isi bahan simakan. Kecermatan managgapi isi bahan simakan membutuhkan kemampuan mereaksi atau menanggapi.

No comments:

Post a Comment